Kualitas Udara di Tangsel Masih Aman, Inilah 5 Unsur yang Dipantau Alat Ukur Milik Pemkot Tangsel

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan berusaha mematahkan informasi bahwa kualitas udara Tangsel dalam kondisi buruk.

Penulis: Rafzanjani Simanjorang | Editor: Ign Prayoga
Tribun Tangerang
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangsel, Wahyunoto Lukman. 

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGSEL - Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan mengatakan udara di Tangerang Selatan (Tangsel) masih layak.

Hal ini berbeda dengan hasil sejumlah aplikasi yang menyatakan kualitas udara di Tangsel buruk.

Sebagai catatan, sejak pekan lalu, sejumlah aplikasi menunjukkan kualitas udara di Tangsel yang buruk.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangerang Selatan, Wahyunoto Lukman, berusaha mematahkan informasi tersebut.

Dia membantah data pada aplikasi di smartphone yang jadi rujukan masyarakat.

Wahyu mengatakan, kualitas udara di Tangsel dalam kondisi bagus berdasarkan alat pemantauan udara yang dimiliki Pemkot Tangsel.

Menurutnya, ada lima unsur partikel yang dipantau pada alat ukur kualitas udara tersebut.

"Mulai dari dioksin, arsenik, sulfur dikosida, karbon monoksida, dan magnesium dioksida," ucapnya, Jumat (11/8/2023).

Kelimanya merupakan unsur yang mengandung beracun.

Udara yang mengandung kelima unsur tersebut sangat berbahaya dan menyebabkan gangguan kesehatan hingga kanker paru.

Dengan peralatan dan metodologi yang teruji, Wahyu menyebut udara di Tangsel masih aman.

Terkait partikel udara di udara, menurutnya dinamikanya kadang padat dan berukuran besar karena tengah kemarau.

"Biasanya partikel ini terurai oleh hujan, bisa tereduksi oleh ruang-ruang terbuka hijau yang banyak pohon-pohon lindung," katanya.

Wahyu menyebut masyarakat perlu mengetahui kandungan partikel di udara yang berbahaya atau yang tidak.

"Kalau alat kami ada, yang disebut alat aktif. Kami mengukur partikel yang ada di udara, kemudian kandungan partikel tersebut," katanya.

Menurut dia, Dinas Lingkungan Hidup Tangsel punya alat aktif maupun pasif untuk mengambil sampel dari tujuh kecamatan tapi dalam tempo tertentu, berbeda-beda kelurahan.

Hasilnya dibandingkan dengan alat aktif di Taman Kesehatan.

Kata Wahyu, alat tersebut selalu real time dan tidak pernah mati. (Raf)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved