Museum

Ada Hal Menarik di Museum Kebangkitan Nasional Saat Libur Nataru, Apa Saja? Simak Ulasannya

Museum Kebangkitan Nasional membuat terobosan baru dengan menata area taman sehingga lebih estetik dan instagramable.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Joko Supriyanto
Tribun Tangerang/Leonardus Wical Zelena Arga
Museum Kebangkitan Nasional berlokasi di Jalan Abdul Rachman Saleh Nomor 25, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (5/11/2022). 

Fasilitas Museum Kebangkitan Nasional

Museum Kebangkitan Nasional menyuguhkan fakta perihnya perjuangan bangsa Indonesia sebelum meraih kemerdekannya 17 Agustus 1945.

Pasalnya, sebelum resmi dipatenkan sebagai Museum Kebangkitan Nasional oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin pada 20 Mei 1974, gedung cagar budaya tersebut dulunya merupakan bekas sekolah STOVIA (School Opleiding van landscheArsten). 

Di mana, STOVIA didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menjadi tempat pendidikan kedokteran kaum bumiputera. 

Selain itu, Museum Kebangkitan Nasional juga menjadi titik lahirnya Budi Oetomo yang menjadi cikal bakal organisasi modern di Indonesia, pada 1908. 

Patauan Wartakotalive.com di lokasi, nampak bangunan museum itu berbentuk persegi panjang yang di tengah-tengahnya ditumbuhi dengan rerumputan serta pepohonan hijau yang rimbun.

Sementara di antara rimbunnya pepohonan tersebut, terdapat satu tugu berwarna hitam yang di atasnya terdapat patung dua kepalan tangan berwarna biru. 

Apabila didekati, di tengah tugu tersebut terdapat tulisan berisi peresmian Museum Kebangkitan Nasional pada 1976 oleh Presiden Republik Indonesia kala itu, Soeharto.

Sementara apabila hendak melihat jantung Museum Kebangkitan Nasional, pengunjung bisa beranjak ke kanan dan kiri dari awal pintu masuk. 

Di bagian kiri museum, terdapat ruang-ruang yang diperuntukkan untuk menyimpan koleksi bertajuk 'titik kebangkitan nasional' di Indonesia.

Di tempat tersebut, sejumlah dokumen, manuskrip, reklame, patung ilustrasi, surat kabar, mesin tik kuno, hingga alur perjuangan kemerdekaan Indonesia tertata rapih dan runut di setiap ruangan yang ada.

Seperti misalnya, potret peta Indonesia raksaksa yang menggambarkan kekayaan alam di Indonesia, reklame kapal layar pinishi yang banyak berkibar bendera-bendera penjajah, hingga buku-buku asli karya penulis Belanda seperti Max Havelaar.

Selain itu, ada pula ruangan-ruangan bersekat yang sengaja diperuntukkan untuk menyimpan patung-patung yang mengilustrasikan perjuangan para pahlawan.

Contohnya, patung Karitini dan wanita pribumi kala belajar di sebuah kelas darurat, ruang kelas STOVIA yang merupakan sekolah kedokteran Bumiputra, serta lukisan-lukisan asli yang menggambarkan pendiri organisasi Budiutomo saat itu Prof. Dr Soetomo, serta potret para pribumi zaman penjajahan.

Sementara apabila masuk lebih jauh ke dalam, ada sejumlah ruangan-ruangan yang menggambarkan ekspedisi rempah bangsa Eropa, hingg gemuruh perlawanan masyarakat lokal.

Sumber: Warta Kota
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved