Berita Jakarta
Jangan Salah Menilai, Ternyata Ini Makna Meriam Si Jagur di Kota Tua yang Sering Dianggap Tidak Etis
Menurut Slamet, Meriam Si Jagur merupakan produk Protugis yang dibuat oleh seorang ahli persenjataan bernama N.T Boccaro.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Joko Supriyanto
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Meriam besar yang berada di halaman depan Museum Fatahillah, Jakarta sempat mencuri perhatian publik.
Meriam tersebut dinamai Si Jagur, namun dibalik keberadaan meriam itu menuai respon berbeda di masyarakat.
Sebab hiasan Si Jagur berbentuk jari yang dilipat yang sering diartikan pesan negatif itu dianggap kurang etis.
Namun, masyarakat perlu tahu jika jempol diapit dengan jari-jari itu rupanya memiliki pemaknaan mendalam yang sarat akan sejarah.
Hal ini diungkapkan oleh Slamet Rusbandi selaku Pemandu Wisata Museum Sejarah Jakarta.
Menurut Slamet, Meriam Si Jagur merupakan produk Protugis yang dibuat oleh seorang ahli persenjataan bernama N.T Boccaro.
Baca juga: Ada Hal Menarik di Museum Kebangkitan Nasional Saat Libur Nataru, Apa Saja? Simak Ulasannya
Dari cacatan sejarah yang ada, lanjut Slamet, Meriam Si Jagur itu dibuat di wilayah Makau, China.
Uniknya, Meriam Si Jagur berukuran raksaksa itu sebenarnya dibuat dari lelehan meriam-meriam kecil yang berjumlah 16 buah.
"Jadi kalau andainya melihat secara detail, meriam itu di dalam ada tulian Ex Me Ipsa Renata Sum atau aku lahir dari diriku sendiri, karena dia lahir dari meriam kecil, 16 meriam kecil dijadikan satu meriam," jelas Slamet dikutip Wartakotalive.com, Senin (12/2/2024).
Slamet membenarkan jika pada bagian moncong Meriam Si Jagur itu terdapat lambang ibu jari yang diapit oleh genggaman jari tengah dan telunjuk.
Akan tetapi, lanjut dia, itu tidak dimaknai sebagai hal tak senonoh, apalagi mengarah pada simbol seksualitas.
Pasalnya, lambang itu dalam bahasa latin bernama Mano In Fica. Apabila diterjemahkan, berarti jempol terjepit.
"Memang itu dulu di Portugis sendiri, itu digunakan sebagai simbol untuk mengusir roh-roh jahat, kepercayaan masyarakat di sana," kata Slamet.
"Dan ada juga yang mengisahkan itu sebagai lambang kesuburan. Jadi dulu ada mitos-mitos masyarakat yang berkenaan dengan lambang tersebut," lanjut dia.
Baca juga: Patah Hati ? Coba Kunjungi Museum Patah Hati di Chillax Sudirman Akhir Pekan Ini
Salah satu mitos yang beredar terkait simbol itu adalah terkait seseorang yang belum memiliki keturunan, akan melalukan ritual menggunakan simbol tersebut.
"Tapi itukan dulu, mitos. Adanya meriam ini di sini, bukan mengajarkan atau mereasumsi pada masyarakat bahwa itu jorok, tidak," ungkap Slamet.
| Rekayasa Lalu Lintas di Jakarta Pagi Ini 9 November 2025: Sekitar Tugu Tani hingga Cut Meutia |
|
|---|
| Pramono Anung Bantah RS di Jakarta Tolak Warga Baduy Korban Begal, Sebut Hanya Kendala Komunikasi |
|
|---|
| Warga Mangga Dua Berharap Bertemu Menteri Pertahanan Cari Solusi Masalah Ruko MMD |
|
|---|
| Pencuri Motor di Jakarta Timur Menangis Mohon Ampun Usai Aksinya Kepergok Warga |
|
|---|
| Diperiksa Propam, Oknum Polisi yang Catcalling Wanita di Jaksel Mengaku Hanya Iseng |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tangerang/foto/bank/originals/Meriam-Si-Jagur-Kota-Tua.jpg)