Berita Jakarta

Jangan Salah Menilai, Ternyata Ini Makna Meriam Si Jagur di Kota Tua yang Sering Dianggap Tidak Etis

Menurut Slamet, Meriam Si Jagur merupakan produk Protugis yang dibuat oleh seorang ahli persenjataan bernama N.T Boccaro.

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Joko Supriyanto
Wartakotalive.com/m40
kepalan tangan di moncong Meriam Si Jagur juga dipercaya masyarakat Portugis sebagai keberuntungan atau nasib baik. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Meriam besar yang berada di halaman depan Museum Fatahillah, Jakarta sempat mencuri perhatian publik.

Meriam tersebut dinamai Si Jagur, namun dibalik keberadaan meriam itu menuai respon berbeda di masyarakat.

Sebab hiasan Si Jagur berbentuk jari yang dilipat yang sering diartikan pesan negatif itu dianggap kurang etis.

Namun, masyarakat perlu tahu jika jempol diapit dengan jari-jari itu rupanya memiliki pemaknaan mendalam yang sarat akan sejarah. 

Hal ini diungkapkan oleh Slamet Rusbandi selaku Pemandu Wisata Museum Sejarah Jakarta.

Menurut Slamet, Meriam Si Jagur merupakan produk Protugis yang dibuat oleh seorang ahli persenjataan bernama N.T Boccaro.

Baca juga: Ada Hal Menarik di Museum Kebangkitan Nasional Saat Libur Nataru, Apa Saja? Simak Ulasannya

Dari cacatan sejarah yang ada, lanjut Slamet, Meriam Si Jagur itu dibuat di wilayah Makau, China. 

Uniknya, Meriam Si Jagur berukuran raksaksa itu sebenarnya dibuat dari lelehan meriam-meriam kecil yang berjumlah 16 buah.
 
"Jadi kalau andainya melihat secara detail, meriam itu di dalam ada tulian Ex Me Ipsa Renata Sum atau aku lahir dari diriku sendiri, karena dia lahir dari meriam kecil, 16 meriam kecil dijadikan satu meriam," jelas Slamet dikutip Wartakotalive.com, Senin (12/2/2024).

Slamet membenarkan jika pada bagian moncong Meriam Si Jagur itu terdapat lambang ibu jari yang diapit oleh genggaman jari tengah dan telunjuk.

Akan tetapi, lanjut dia, itu tidak dimaknai sebagai hal tak senonoh, apalagi mengarah pada simbol seksualitas.

Pasalnya, lambang itu dalam bahasa latin bernama Mano In Fica. Apabila diterjemahkan, berarti jempol terjepit.

"Memang itu dulu di Portugis sendiri, itu digunakan sebagai simbol untuk mengusir roh-roh jahat, kepercayaan masyarakat di sana," kata Slamet.

"Dan ada juga yang mengisahkan itu sebagai lambang kesuburan. Jadi dulu ada mitos-mitos masyarakat yang berkenaan dengan lambang tersebut," lanjut dia.

Baca juga: Patah Hati ? Coba Kunjungi Museum Patah Hati di Chillax Sudirman Akhir Pekan Ini

Salah satu mitos yang beredar terkait simbol itu adalah terkait seseorang yang belum memiliki keturunan, akan melalukan ritual menggunakan simbol tersebut.

"Tapi itukan dulu, mitos. Adanya meriam ini di sini, bukan mengajarkan atau mereasumsi pada masyarakat bahwa itu jorok, tidak," ungkap Slamet.

"Jadi ada nilai-nilai tersendiri dari simbol-simbol pada benda-benda yang ada pada masa dulu. Jadi tidak disimbolkan untuk hal hal yang berbau porno, tidak," lanjut dia.

Bahkan menurut Slamet, sejak dibuat pada 1641, Meriam Si Jagur adalah salah satu objek yang sangat sakral dan disakralkan oleh masyarakat setempat.

Lantaran kemajuan zaman, kesakralan objek tersebut menjadi tergerus sehingga keluar pemikiran bias yang mengarah pada hal-hal tak senonoh.

Sementara itu, menurut Esti Utami selaku Kepala Unit Pengelola Museum Kesejarahan Jakarta, objek kepalan tangan di moncong Meriam Si Jagur juga dipercaya masyarakat Portugis sebagai keberuntungan atau nasib baik.

"Tapi karena meriam ini merupakan alat atau senjata yang digunakan untuk mengamankan dari serangan musuh, itu diterapkan jadi untuk nasib baik atau keberuntungan. Jadi artinya dari versi pembuatnya seperti itu," kata Esti saat dihubungi.

Akan tetapi, di beberapa negara pemaknaan soal Mano In Fica itu berbeda-beda. 

Jika Portugis memaknainya sebagai simbol keberuntungan, maka Belanda memaknainya sebagai simbol kesuburan dan seksualitas. 

"Kalau makna di meriam ini kalau memang buat orang Portugis, maknanya versi orang Portugis bagi simbol untuk menolak jahat," pungkas dia. 

Baca juga: Mencoba Sensasi Penjara Bawah Tanah di Museum Sejarah Jakarta

Untuk informasi, Meriam Si Jagur terletak di kawasan Museum Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat.

Objek sejarah itu memiliki panjang 3,58 meter, diameter 28 centimeter, dan berat 3,5 ton.

Meriam itu memiliki ukiran pada bagian moncongnya yang berkelopak tiga.

Sementara di unjung moncong tersebut, ada sebuah tangan yang keluar dan menampilkan simbol jari jempol yang diapit oleh jari tengah dan telunjuk.

Di pergelangan tangannya, terdapat sebuah gelang bak tasbih yang melingkar simetris.

Objek meriam itu juga nampak sakral lantaran ditempatkan di sebuah tempat khusus yang dipagari oleh pagar besi dan diberikan berbagai macam tanaman hijau.

Di depannya, terdapat sebuah pelat besi yang memberikan penjelasan terkait objek Meriam Si Jagur itu. 

"Meriam Si Jagur awalnya dibuat oleh N.T Boccaro di Malaka untuk memperkuat benteng Portugis di Malaka. Pada tahun 1641, meriam ini jatuh ke tangan VOC, dibawa ke Batavia sebagai alat pertahanan kota," tulis keterangan dalam pelat besi tersebut.

"Di atas meriam ini terdapat tulisan 'Ex Me Ipsa Renata Sum' (aku diciptakan dari diriku sendiri)," lanjut tulisan tersebut. (m40)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved