Terdampar di Nunukan, Nenek Rupiah Asal Jombang Korban 'Ipar Adalah Maut' di Dunia Nyata

Kisah film itu persis dengan yang dialami seorang nenek asal Jombang, Jawa Timur bernama Rupiah (80).

|
Editor: Joseph Wesly
(KOMPAS.COM/AHMAD DZULVIQOR)
Nenek Rupiah (80) menceritakan kisah cinta segitiga yang mengantarnya sampai Kaltara. 

TRIBUN TANGERANG.COM, NUNUKAN- Film Ipar Adalah Maut tengah popular saat in. Film ini sudah diputar di bioskop-biskop di Indonesia.

Film ini menceritakan Nisa (Michelle Ziudith), seorang istri yang mengalami keretakan rumah tangga akibat perselingkuhan suaminya, Aris (Deva Mahenra), dengan adik kandungnya sendiri, Rani (Davina Karamoy).

Kisah film itu persis dengan yang dialami seorang nenek asal Jombang, Jawa Timur bernama Rupiah (80).

Nenek Rupiah saat hidup sebatang kara di Nunukan, Kalimantan Utara.

Kin dia lebih dari lima bulan ditampung di rumah Ketua Paguyuban Keluarga Jawa (Pakuwaja), Purnomo Putro, di Sei Bilal, Nunukan.

Tidak diketahui bagaimana dia bisa berada di perbatasan RI–Malaysia ini.

Orang hanya tahu bahwa nenek Rupiah tinggal sebatang kara di Nunukan, dan hidup bergantung dengan belas kasihan orang lain.

"Saya dari Desa Ngoro, Kecamatan Mbareng, Jombang," ujarnya saat ditemui, Senin (29/7/2024).

Nenek Rupiah mengaku pergi merantau sejak berusia muda, usai diceraikan almarhum suaminya.

Ia menjadi korban cinta segitiga, antara dirinya, suami, dan adik kandungnya.

Kisahnya tak ubahnya film yang tengah viral berjudul Ipar Adalah Maut, di mana adik kandungnya merebut suaminya.

Rupiah menuturkan, suaminya diketahui menjalin hubungan terlarang dengan adik kandungnya.

Keduanya dipergoki Rupiah saat bermalam di salah satu penginapan di Jombang, Jatim.

"Begitu saya ketahui hubungan suami istri saya diganggu, saya marah, tapi suami saya malah ngasih saya surat pegat (cerai). Saya dipegat dan suami milih adik saya," katanya lagi.

Apa Pemicunya? Nenek Rupiah memutuskan merantau ke Kalimantan Rupiah mengaku tidak ingat persis semua kisah hidupnya. Penggalan kisah yang paling dia ingat dengan jelas adalah cerita asmara segitiga, yang membuat hatinya sakit dan cukup membekas.

Ia memutuskan pergi dari Jombang, untuk merantau ke Kalimantan dan mencoba menghapus luka yang diakibatkan orang-orang terdekatnya.

Rupiah pernah bekerja di sejumlah perusahaan di Kaltara sebagai tukang masak, sebelum akhirnya telantar di Nunukan.

Tak berselang lama, sekitar enam bulan dari cerita perceraiannya, mantan suaminya mengembuskan napas terakhirnya karena sakit dan merasa bersalah dengan Rupiah.

"Rumah di Ngoro Jombang, tanah dan semua harta mantan suami, diambil semua. Didol (dijual) semua oleh adik saya itu. Terus dia pindah ke Lampung. Jadi saya ini di Ngoro, Mbareng, tidak punya apa apa," lanjut Rupiah.

Kendati demikian, Rupiah mengaku tidak terlalu memikirkan harta tersebut, ia menyesalkan tidak tahu di mana para saudaranya berada.

Purnomo menegaskan, Pakuwaja sebagai komunitas warga Jawa di Nunukan, sering membantu orang-orang telantar yang berasal dari Jawa.

Terakhir, 2023 lalu, ada sekitar 16 orang telantar dipulangkan.

"Ada satu keluarga anaknya stunting sampai lumpuh. Kita di komunitas tidak ada kas, dan tiket Pelni harganya Rp 800.000 per orang. Saya minta mereka bekerja di warung, dan yang laki-laki di besi bekas. Mereka kerja dua bulan, dan setelah terkumpul cukup uang tiket Pelni, mereka akhirnya bisa pulang," paparnya.

Namun, kasus nenek Rupiah sangat berbeda. Ia tidak punya keluarga, dan jalan satu satunya dikirim ke Panti Jompo.

"Makanya saya tanya ke Dinsos, masa iya tidak punya link untuk dimasukkan ke Panti Jompo. Kan tinggal koordinasi dengan Dinsos Jombang, bisa selesai urusannya. Mohon ini menjadi perhatian," tegas Purnomo.

Sudah pikun

Meski di usianya yang senja, Rupiah masih bisa mendengar dan melihat dengan jelas.

Hanya saja, terkadang ia mendadak pikun dan cukup merepotkan Purnomo Putro, yang selama ini menampungnya.

Purnomo menceritakan, ia menampung nenek Rupiah setelah dihubungi warga lantaran ada lansia dari Pulau Jawa yang telantar di Nunukan.

Ia pun mempersilakan untuk dibawa ke rumahnya, dan ditampung sementara, sembari menunggu tindak lanjut laporannya ke Dinas Sosial Nunukan.

Respons Dinsos Nunukan

Sementara itu, Kepala Bidang Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A), Nunukan, Parmedy mengatakan, pihaknya sudah melakukan asesmen dan melihat langsung kondisi nenek Rupiah.

"Ini yang jadi masalah dan kendala kami. Pertama, beliau tidak ada keluarganya di Jombang, dan Panti Jompo Kaltara, kondisinya penuh," paparnya.

Dengan kendala tersebut, Parmedy berharap Kementerian Sosial (Kemensos) bisa turun tangan untuk memberi solusi permasalahan ini.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved