Warga Tolak Penutupan Jalan Serpong–Parung oleh BRIN, Akses Ekonomi Terancam

Jalan ini bukan sekadar jalan biasa. Ini jalan sejarah yang sudah digunakan sejak zaman berdirinya Puspitek

Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joseph Wesly
TribunTangerang/Ikhwana Mutuah Mico
JALAN DITUTUP- Rencana Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menutup Jalan Serpong, Kota Tangerang Selatan menuju Parung, Jawa Barat, yang melintasi kawasan mereka memicu kemarahan warga.  

Laporan Wartawan
TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico

TRIBUNTANGERANG.COM, SETU- Rencana Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menutup Jalan Serpong, Kota Tangerang Selatan menuju Parung, Jawa Barat, yang melintasi kawasan mereka memicu kemarahan warga. 

Jalan tersebut diketahui merupakan jalan provinsi Banten yang selama ini menjadi akses utama penghubung wilayah Kota  Tangerang Selatan dan Bogor, sekaligus jalur vital ekonomi masyarakat sekitar.

Sejumlah warga yang berada di perbatasan Kota Tangerang Selatan dan Bogor, Jawa Barat, menggelar aksi damai menolak rencana penutupan jalan provinsi yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Herman warga Puspitek, Tangsel mengungkapkan jalan yang telah puluhan tahun menjadi urat nadi ekonomi dan sosial masyarakat ini terancam ditutup sepihak, tanpa koordinasi yang jelas dengan masyarakat maupun pemerintah daerah.

Menurutnya, penutupan ini sangat merugikan masyarakat karena jalan tersebut merupakan akses vital penghubung antara wilayah Bogor dan Tangerang Selatan, serta menjadi jalur utama bagi ribuan warga setiap harinya.

“Jalan ini bukan sekadar jalan biasa. Ini jalan sejarah yang sudah digunakan sejak zaman berdirinya Puspitek. Tidak pernah ada konflik sebelumnya. Tapi sekarang tiba-tiba mau ditutup begitu saja tanpa musyawarah,” ujar Herman, Setu, Tangsel, Senin (13/10/2025).

Herman mengungkapkan penutupan jalan provinsi yang berada di kawasan BRIN itu rencananya akan ditutup dengan alasan sebagai objek vital nasional. Namun ia menilai alasan tersebut tidak konsisten.

Bukan tanpa alasan, ia membeberkan di dalam kawasan tersebut justru banyak area yang disewakan, dihibahkan, atau dijadikan ladang bisnis, yang tidak mencerminkan kawasan penelitian tertutup seperti seharusnya.

“Kalau benar objek vital, kenapa di dalamnya banyak aktivitas komersil? Banyak disewakan. Kami warga tahu itu. Jadi alasan mereka tidak masuk akal,” ujar Herman.

Ia mengatakan penutupan jalan diperkirakan akan berdampak serius terhadap aktivitas ekonomi masyarakat. Sekitar 300 UMKM di sekitar wilayah  terancam gulung tikar karena berkurangnya akses pengunjung dan pembeli.

“Kalau jalan ini ditutup, habis ekonomi kami. Pedagang mati, kontrakan kosong, usaha lumpuh. Ini bukan soal kecil, kerugiannya bisa sampai ratusan miliar,” jelas Herman.

Rencana penutupan jalan bukan kali pertama, kabar kembali mencuat tiga minggu lalu.

Herman mengatakan warga sempat diundang dalam sosialisasi yang dilakukan pada Jumat, (10/10/2026) pukul 10.00 WIB. Namun, pertemuan dianggap tidak efektif karena bertepatan dengan waktu ibadah salat Jumat dan tidak menghasilkan kesepakatan apa pun.

Sejak saat itu, warga mulai bergerak, lanjut Herman, mereka mendatangi DPRD Kota Tangerang Selatan dan audiensi langsung dengan Wali Kota Benyamin Davnie

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved