Pengamat Nilai Program Makan Siang Gratis Hanya Pencitraan dan Buang-Buang Anggaran

Program makan siang gratis yang dicanangkan oleh presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, mulai diuji coba

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Joko Supriyanto
TribunTangerang/Nurmahadi
Uji coba makan siang bergizi gratis di SD Negeri Pasar Baru 1, Koang Jaya, Karawaci, Kota Tangerang, Selasa (6/8/2024). 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Program makan siang gratis yang dicanangkan oleh presiden dan wakil presiden terpilih Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, sudah mulai diujicobakan di beberapa sekolah Jabodetabek.

Pasalnya, program itu rencananya bakal dilaksankan pada 2025 mendatang kala keduanya resmi menjabat.

Namun, program tersebut kian ramai menuai kontroversi lantaran pada saat uji coba, menu makanan yang diberikan tidak sesuai ekspektasi.

Bahkan, tersiar kabar yang menyebut bahwa ada penyusutan nominal anggaran makan siang gratis yang awalnya dipatok Rp 15.000 per-orang.

Walhasil, muncul satu pernyataan Gibran saat uji coba makan siang gratis di SDN 4 Tangerang, Senin (5/8/2024) lalu.

Di mana, Gibran menyebut bahwa nasi sebagai karbohidrat bisa diganti dengan asupan lain seperti mi.

Terkait hal tersebut, pengamat pendidikan sekaligus Koordinator Nasional Pemantau Jaringan Pendidikan Indonesia (JPPI), Ubaid Martaji menyampaikan keprihatinannya. Ia mempertanyakan apakah mi termasuk makanan bergizi?

"Bagaimana nasib anak-anak di sekolah yang diharuskan makan mi, apa ini yang dimaksud makanan bergizi? Tidak semua perut anak-anak bisa menerima mi sebagai menu utama,” kata Ubaid.

Padahal, lanjut dia, RAPBN 2025 telah melanggengkan anggaran makan siang gratis ini sebesar Rp 71 triliun. Bahkan, anggaran itu digadang-gadang menjadi kebijakan priotitas.

Oleh karena itu, Ubaid meminta kepada pemerintah agar berpikir ulang untuk kategorisasi program makan siang gratis.

Ubaid bahkan tak tanggung menyebut jika program makan siang gratis itu hanyalah pencitraan semata.

"Saya mengamati pelaksanaan program makan siang gratis ini, sangat terburu-buru dan kejar pencitraan. Sementara tujuan utama program ini masih belum jelas. Ini program sebenarnya tujuannya apa?” tanya Ubaid menohok.

Menurutnya, jika program makan siang gratis ditujukan untuk pencegahan gizi buruk atau stunting, maka peruntukkannya menjadi salah alamat.

Ia berpandangan jika program itu akan lebih cocok diberikan pada ibu hamil dan anak hingga usia dua tahun.

"Jika untuk pemenuhan gizi anak usia sekolah, juga tak tepat guna. Apakah pemenuhan gizi itu hanya cukup di sesi makan siang? Bagaimana dengan sarapan dan makan malamnya yang tidak terkontrol? Jadi usaha ini akan sia-sia belaka," ungkap Ubaid.

Halaman
12
Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved