5 Kejanggalan Kecelakaan Pesawat Jeju Air, Mendarat dari Arah Berlawanan hingga Flaps Tidak Terbuka

Keduanya disebut adalah pramugari. Mereka selamat karena duduk di bagian ekor pesawat. Banyak yang menyayangkan kecelakaan pesawat itu terjadi

Editor: Joseph Wesly
(YONHAP via AFP)
Pesawat Jeju Air jatuh di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024).179 orang dinyatakan tewas. 

TRIBUN TANGERANG.COM, SEOUL- Pesawat Jeju Air penerbangan pada Minggu (29/12/2024) mengalmi kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Korsel.

Kecelakaan itu mengakibatkan 197 penumpang tewas. Cuma 2 orang yang berada dalam pesawat yang selamat.

Keduanya disebut adalah pramugari. Mereka selamat karena duduk di bagian ekor pesawat.
Banyak yang menyayangkan kecelakaan pesawat itu terjadi karena sejak maskapai berdiri puluhan tahun lalu belum pernah mengalami kecelakaan.

Banyak pihak yang merasa aneh dengan kecelakaan itu. Mereka merasan kecelakaan pesawat Boeing 737-800 itu tidak biasa.

Berdasarkan rekaman video, sejumlah failure yang nampak dalam rekaman adalah roda pendaratan (landing gear) yang tidak keluar, flaps (sirip) sayap pesawat yang tidak menjulur keluar saat mendarat, kecepatan tinggi saat belly landing, hingga faktor non-teknis seperti struktur beton di ujung runway. 

Hal-hal di atas menunjukkan bahwa beberapa faktor, termasuk kegagalan mekanis atau human error, mungkin berkontribusi terhadap kecelakaan tersebut.

1. Landing gear tidak keluar

Kejanggalan pertama adalah roda pendaratan yang tidak keluar. Landing gear adalah salah satu checklist wajib bagi pilot saat hendak mendarat.

Jika landing gear tidak bisa diturunkan pun Boeing 737-800 memiliki sistem cadangan berlapis untuk mengatasinya.

Christian Beckert, ahli keamanan penerbangan di maskapai Lufthansa mengatakan kepada Reuters tentang kejanggalan ini.

"Sangat jarang dan tidak seperti biasanya jika pilot tidak menurunkan landing gear, karena ada sistem independen yang memungkinkan kita menurunkannya dengan sistem alternatif," katanya dikutip KompasTekno, Senin (30/12/2024).

Apabila hidrolik pesawat rusak akibat bird strike, dan landing gear tidak bisa diturunkan, pilot sebenarnya masih bisa membuka pintu roda pendarat secara manual dan landing gear bisa turun dengan bantuan gravitasi pula.

Terdapat tuas di kokpit untuk melakukan tindakan ini.

 Flaps tidak keluar

Kejanggalan kedua adalah sistem flaps (sayap tambahan) yang tidak menjulur keluar, seperti konfigurasi saat mendarat pada umumnya.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved