5 Kejanggalan Kecelakaan Pesawat Jeju Air, Mendarat dari Arah Berlawanan hingga Flaps Tidak Terbuka

Keduanya disebut adalah pramugari. Mereka selamat karena duduk di bagian ekor pesawat. Banyak yang menyayangkan kecelakaan pesawat itu terjadi

Editor: Joseph Wesly
(YONHAP via AFP)
Pesawat Jeju Air jatuh di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024).179 orang dinyatakan tewas. 

Para ahli berpendapat kemungkinan ini juga disebabkan oleh sistem hidrolik yang rusak setelah bird strike.

Flaps yang tidak bisa menjulur memperluas permukaan sayap juga membuat B737-800 ini harus bermanuver kencang saat mendarat, agar tidak stall (kehilangan daya angkat) saat melakukan pendekatan ke runway (approach).

 4. Struktur beton di ujung runway

Selain itu, kejanggalan lain adalah keberadaan dinding beton di ujung landasan pacu, yang ditabrak pesawat setelah melakukan pendaratan darurat.

Para ahli berpendapat bahwa struktur seperti itu seharusnya dapat dilipat untuk meningkatkan keselamatan bilamana ada skenario overrun (pesawat keluar landasan).

Struktur beton itu dibuat sebagai tempat memasang alat bantu navigasi (runway localizer). Jarang sekali localizer yang dibuat dengan struktur beton di bandara-bandara lain.

Para ahli menduga, ini terkait dengan konflik Korea Selatan dengan Korea Utara.

Desain localizer dibuat lebih kokoh agar tidak mudah dihancurkan, mengingat perannya yang vital.

Padahal sebenarnya, banyak yang memuji manuver belly landing yang dilakukan pilot dan kopilot Jeju Air ini karena terlihat mulus, dan terlihat baik-baik saja sebelum akhirnya menabrak struktur beton di ujung runway.

5. Penyelidikan

Kini otoritas penerbangan Korea Selatan sedang melakukan penyelidikan sipil, dan melibatkan National Transportation Safety Board (NTSB) AS, negara di mana pesawat dibuat.

Kotak hitam pesawat flight data recorder (FDR) Jeju Air sendiri telah ditemukan sekitar 2,5 jam setelah kejadian, sementara cockpit voice recorder (CVR) ditemukan tiga jam berikutnya.

Kapten penerbangan Jeju Air penerbangan 7C-2216 menurut otoritas Korea Selatan memiliki rating pesawat tersebut sejak 2019 dan memiliki 6.823 jam terbang.

Sementara kopilot (first officer) pesawat memiliki rating B738 sejak 2023 dengan 1.650 jam terbang.

Penting diingat bahwa kecelakaan pesawat tidak disebabkan oleh faktor tunggal saja, melainkan terdiri atas berbagai faktor yang saling berhubungan. Penyelidikannya ini juga bisa berlangsung hingga berbulan-bulan. Artikel ini telah tayang di Kompas.com

 

Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved