Penggunaan Lahan Pemkot di Ciputat: Di Balik Isu Hiburan Malam, Ada Kehidupan yang Terlanjur Tumbuh

Saya hanya bilang saya di sini numpang, saya cuma bikin beberapa unit di sini itu kerja modal sendir nggak mau pakai donatur, semua ini hasil warung

Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joseph Wesly
TribunTangerang/Ikhwana Mutuah Mico
PENGGUNAAN LAHAN NEGARA- Suasana Lahan Pemkot Tangsel yang digunakan untuk kegiatan warga. Lokasi ini berada di pinggiran Ciputat, Kota Tangerang Selatan. (TribunTangerang.com - Wartakota Network/Ikhwana Mutuah Mico). 

Laporan Wartawan TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico

TRIBUNTANGERANG.COM, CIPUTAT– Setiap Rabu dan Jumat sore, di sebuah bangunan semi permanen di pinggiran Ciputat, Kota Tangerang Selatan, terdengar suara anak-anak melantunkan ayat suci.

Suara itu berasal dari sebuah musala kecil yang dibangun dari sisa bongkaran pabrik, berdiri di atas tanah milik Pemerintah Kota Tangerang Selatan, yaitu Musala Al Amin.

Di balik musala itu, TribunTangerang.com bertemu dengan warga bernama Muhammad, mantan prajurit marinir yang mendedikasikan hidupnya untuk membina puluhan anak-anak dan ibu-ibu yang tinggal di kawasan tersebut.

"Saya hanya bilang saya di sini numpang, saya cuma bikin beberapa unit di sini itu kerja modal sendir nggak mau pakai donatur, semua ini hasil warung saya sendiri,” ujar Muhammad saat ditemui di Ciputat, Tangerang Selatan, Jumat (18/4/2025).

Selama lebih dari sepuluh tahun, ia membangun ruang-ruang kecil bagi mereka yang datang dari berbagai latar belakang. Ada yang dari Papua, Flores, hingga Jakarta. 

Di tempat ini, mereka belajar membaca, menulis, mengenal agama, dan hidup dalam kebersamaan.

Namun, harapan yang dibangun perlahan itu kini terancam. Pemerintah Kota telah mengeluarkan Surat Peringatan Ketiga (SP3) kepada para warga yang tinggal di lahan tersebut. 

Tentu bukan tanpa alasan, sebab penggunaan lahan milik negara tanpa izin dan dugaan keberadaan tempat hiburan malam di area itu.

Muhammad tak menolak kenyataan bahwa ia menempati lahan yang bukan miliknya.

"Saya cuma numpang, saya sadar salah. Tapi tolonglah, jangan disamaratakan. Di sini ada musola, ada anak-anak yang saya didik, bukan cuma hiburan malam," ujar Muhammad.

Di lahan yang becek dan gelap, ia membangun musala, warung, dan ruang belajar bagi anak-anak. 

Muhammad menceritakan bahwa para anak-anak yang awalnya tak bisa baca-tulis kini belajar agama, membaca, bahkan beberapa berhasil masuk militer dan kepolisian.

Awalnya hanya 9 anak yang ia didik. Kini jumlahnya mencapai 80 lebih, termasuk 20 anak dari sekitar lokasi.

Selain itu, komunitas ini juga membina para ibu janda dan duda dalam kegiatan dapur umum dan pengajian rutin.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved