Perang Iran Israel

Gejolak Timur Tengah Guncang Pasar Energi Global, Harga Minyak Sentuh Rekor Baru

Ketegangan serangan yang terjadi di Timur Tengah sejak Israel menyerang Iran pada 13 Juni 2025, berpotensi mengguncang harga minyak di dunia. 

Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Joko Supriyanto
APU GOMES/Kompas.com
DEMONSTRASI SERANGAN AS - Masyarakat turun ke jalan untuk berunjuk rasa usai Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangan udara terhadap tiga lokasi nuklir di Iran. 

TRIBUNTANGERANG.COM - Gejolak di Timur Tengah kembali mengguncang pasar energi global.

Harga minyak dunia melonjak tajam setelah Israel melancarkan serangan ke fasilitas nuklir Iran pada 13 Juni 2025.

Ketegangan yang meningkat ini memicu kekhawatiran akan penutupan Selat Hormuz, jalur vital yang dilalui 20 persen pasokan minyak dunia.

Dilansir dari Reuters.com, Senin (23/6/2025), harga minyak melonjak pada level tertinggi sejak Amerika Serikat bergabung dengan Israel untuk menyerang fasilitas nuklir Iran selama akhir pekan.

Dalam situsnya, Reuters mengungkap bahwa Futures minyak mentah Brent naik $1,52 atau 1,97 persen ke $78,53 per barel pada pukul 05:03 GMT. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik $1,51 atau 2,04 % ke $75,35.

Kedua kontrak sempat melonjak lebih dari 3 % di awal sesi ke $81,40 dan $78,40, masing-masing menyentuh level tertinggi dalam lima bulan sebelum memangkas sebagian keuntungannya.

Diduga, kenaikan ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa ia telah “menghancurkan” situs nuklir utama Iran, sementara Teheran bersumpah akan membela diri.

Diketahui, Iran adalah produsen minyak mentah terbesar ketiga di OPEC.

Atas hal tersebut, pelaku pasar memperkirakan harga akan terus naik di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa pembalasan dari Iran dapat mencakup penutupan Selat Hormuz, jalur strategis tempat mengalir sekitar seperlima pasokan minyak mentah dunia.

“Saat ini eskalasi geopolitik menjadi pemicu utama bagi harga (Brent) untuk terus naik dan bahkan bisa melonjak menuju $100, dengan $120 per barel semakin tampak masuk akal,” kata Sugandha Sachdeva, pendiri firma riset SS WealthStreet yang berbasis di New Delhi, dikutip dari Reuters.com, Senin.

Isu tersebut bertambah nyata ketika saluran televisi Press TV Iran melaporkan bahwa parlemen Iran telah menyetujui langkah untuk menutup selat tersebut. 

Iran bahkan beberapa kali mengancam akan menutup Selat Hormuz, meskipun belum pernah benar-benar melakukannya.

Sementara itu, melansir dari BBC.com, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio meminta pemerintah China untuk mencegah Iran menutup Selat Hormuz, yang menjadi salah satu jalur pelayaran paling penting di dunia.

Pernyataan itu muncul setelah televisi pemerintah Iran, Press TV, melaporkan bahwa parlemen Iran telah menyetujui rencana untuk menutup Selat tersebut, meskipun keputusan akhir ada di tangan Dewan Keamanan Nasional Tertinggi.

Pasalnya, gangguan terhadap pasokan minyak akan memiliki dampak besar bagi ekonomi global. 

Sementara China, merupakan negara pembeli minyak Iran terbesar di dunia dan memiliki hubungan dekat dengan Teheran.

"Saya mendorong pemerintah Tiongkok di Beijing untuk segera menghubungi mereka (Iran) soal ini, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka," kata Rubio dalam wawancara dengan Fox News pada Minggu (22/6/2025)

"Jika mereka (menutup selat) itu akan menjadi bunuh diri ekonomi bagi mereka. Dan kami punya opsi untuk menghadapinya, tapi negara-negara lain juga seharusnya memperhatikan ini. Itu akan lebih merugikan ekonomi negara lain daripada ekonomi kami," imbuhnya.

Diketahui, sekitar 20 % minyak dunia melewati Selat Hormuz, dengan produsen minyak dan gas utama dari Timur Tengah menggunakan jalur ini untuk menyalurkan energi dari kawasan tersebut.

Setiap upaya untuk mengganggu operasi di Selat itu bisa menyebabkan harga minyak global melonjak drastis.

Harga minyak melonjak ke level tertinggi sejak Januari, dengan minyak Brent menyentuh $78,89 per barel pada pukul 23:22 GMT, Minggu malam.

"AS kini berada dalam posisi dengan postur pertahanan yang sangat kuat di kawasan untuk bersiap menghadapi kemungkinan serangan balasan Iran. Tapi risiko bagi harga minyak adalah bahwa situasi ini bisa memburuk secara signifikan," ujar Saul Kavonic, Kepala Riset Energi di MST Financial.

Dengan harga minyak mentah yang meroket, banyak biaya yang kemungkinan memengaruhi segalanya—dari biaya mengisi bensin kendaraan hingga harga makanan di supermarket.

Lantas bagaimana dengan Indonesia?

Mantan Menteri ESDM Arcandra Tahar ikut berbicara dalam akun sosial media Instagramnya @arcandra.tahar. Menurutnya, Iran menyimpan cadangan minyak terbesar ke-8 dan gas terbesar ke-4 di dunia. 

Konflik berkepanjangan di wilayah ini akan berdampak besar terhadap stabilitas energi global. 

“Kalau fasilitas migas Iran terganggu, sekitar 3 persen dari suplai minyak dunia bisa terdampak. Ini bukan angka kecil,” ujarnya, dikutip dari laman Instagramnya, Senin.

Selain itu, risiko penutupan Selat Hormuz yang merupakan jalur penting bagi 20 persen ekspor minyak dan LNG dunia bisa memicu gejolak harga lebih serius. 

Jika jalur tersebut terganggu, maka harga minyak bisa melonjak tajam. 

“Kalau Selat Hormuz sampai ditutup, bisa dibayangkan apa yang akan terjadi. Ada yang memprediksi harga minyak bisa tembus di atas US$ 90 per barel,” kata Arcandra.

Untuk mengantisipasi ini, Acandra menilai bahwa negara atau korporasi terkait di sektor hulu minyak dan gas (migas), perlu tetap mengguatkan kegiatan eksplorasi dan produksi.

Selain itu, usaha-usaha untuk menaikkan produksi dari lapangan-lapangan yang sudah tua juga harus tetap dilakukan karena demand yang masih stabil.

Sementara di sektor midstream, pembangunan infrastruktur di sektor gas harus diperluas karena LNG akan menjadi komoditi penting, tidak saja dalam masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, tetapi juga dalam beberapa dekade ke depan. (m40)

 

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved