Itupun menggunakan panel surya.
Sebelumnya warga menerangi malamnya dengan lampu teplok dengan bahan bakar minyak tanah maupu solar.
Baca juga: Empat Jalur Mudik di Karawang, Salah Satunya Alternatif Terutama Pemotor, Ini Rute Perjalanannya
"Alhamdulillah baru 5 tahun terakhir ini pakai panel surya, sebelumnya pakai lampu teplok minyak tanah terus minyak tanah engga ada ya pakai solar," beber dia.
Menurutnya, untuk menuju Kampung Cilele, sejak dahulu hingga sekarang hanya bisa dilalui melalui jalan berbatu dan tanah.
Ketika kemarau bisa 50 menit perjalanan, namun ketika musim hujan bisa dua jam perjalanan dari perkotaan Karawang.
"Untuk fasilitas masjid musola ya ada tapi untuk masjid lumayan jauh. Kalau sekolah Alhamdulillah saya mendirikannya SD kelas jauh kalau SMP dan SMA non formal, ijazah itu ujian paket," ungkap dia.
Sementara Yudha (10) anak warga setempat mengungkapkan kesulitan mendapatkan sinyal ponsel.
Tak hanya itu untuk menyalakan televisi juga sangat sulit.
"Sinyal susah jarang main hape, TV juga engga bisa engga kuat listrik. Kalau main ya main aja di luar aja," terang dia.
Yati (40) warga lainnya mengungkapkan ingin sekali dapat hidup lebih layak.
Walaupun memang diakuinya warga di sini tinggal di lahan pemerintah atau milik Perhutani.
"Mau si ada listrik PLN biar lebih terang, kalau panel surya terbatas. Terus juga kan engga ada penerangan di sepanjang jalan, jalannya juga tanah batu," katanya. (MAZ)