Ia merupakan salah seorang seniman kawakan Bali yang juga menjadi sosok pengajar di salah satu Universitas Swasta ternama di Jabodetabek.
Beliau paham betul tentang makna "Sapta Pesona" yang merupakan sebuah nilai-nilai filosofis masyarakat Bali tentang menjalani kehidupan dan lantas diadopsi menjadi salah satu satu tagline Pariwisata Indonesia.
Ia menceritakan bahwa penduduk yang pertama kali mendiami pemukiman tersebut merupakan tiga orang asli Bali.
"Iya awal mulanya pada 1986, ada tiga rumah orang asli Bali. Di sini dulunya masih alang-alang. Kalau saya waktu itu belum di sini. Saya waktu itu baru pindah, karena diangkat jadi PNS pada 1992," ucap Ketut Budiasa di lokasi.
"Kemudian, lambat laun mulai dikenal Kampung Bali ini berawal karena ada pemilihan RT/RW yang dekorasinya seperti mencirikan Bali. Namun, setelah itu Covid-19 kan menyerang pada 2020 sehingga tak ada aktivitas," tambah dia.
"Lalu lahan tersebut dibangun bertingkat dan diikut lombakan ketahanan pangan pada tahun
2020 mewakili kecamatan. Terus pada penilaian melihat bangunan Bali, ibu sektretaris kelurahan melapor ke Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Bekasi, pak Tri Adhianto Tjahyono bahwa ternyata di sini ada bangunan Bali. Bagaimana kalau pak Tri main ke sana dan diangkat menjadi desa wisata," jelas dia.
Ketut melanjutkan, dari mulai kedatangan Pelaksana Tugas (Plt) Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto Tjahyono hingga Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil Kampung Bali Bekasi semakin dikenal masyarakat.
Tak hanya itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ikut serta mendukung kampung destinasi wisata ini.
Baca juga: Wisata Kano Kota Tangerang Bebas Biaya, Cuma Butuh Kesabaran untuk Antre
"Harapannya, bisa menjadi desa wisata yang maju. Tak hanya di sini, tempat lain pun bisa dikembangkan. Kami terbuka bagi yang ingin berkunjung, ke depannya kalau sudah ada menajemennya hasil keputusan rapat mungkin ada tiket, soal keamanan juga dan sebagainya," jelas dia.
"Di sini kan seni, warga dari Bali ke sini kan ada seni relief, sanggar. Artinya seni teman-teman di sini sudah sampai luar negeri juga. Sanggar di sini aktif, seperti tari tradisional menggunakan gamelan," imbuhnya.
Pria yang memakai Udeng yakni ikat kepala khas masyarakat Bali berharap Kampung ini bisa menjadi tempat wisata kaya akan budaya dan banyak menghadirkan pagelaran kesenian, kuliner dan sebagainya.
"Apapun usaha jangan setengah-setengah, berusaha terus pasti ada jalan. Kalau memang kita semangat, saya rasa kedepannya jadi. Tentunya para donatur ikut memberi perhatian, baik pemerintah tak setengah-setengah kami mengikuti saja," kata Ketut Budiasa.
"Bersama-sama membangun tempat ini. Saya ingin siapapun yang datang ke sini, tertanam dibenaknya ada sesuatu yang diambil," ungkapnya.
Baca juga: Biasa Digunakan Jogging para Wisatawan, Tanggul Dermaga Pulau Pramuka Diperbaiki
Selain itu, Ketut Budiasa juga mengajak Wartakotalive.com untuk melihat alat musik tradisional Khas Bali yakni Rindik.
Tak perlu berpikir lama, ia langsung menunjukkan kepiawaiannya dalam memainkan alat musik tersebut.