Hingga akhirnya Anies Baswedan angkat bicara dan mengklarifikasi soal utang Rp 50 miliar.
Dari penjelasan itu, terkuak uang Rp 50 miliar tersebut bukan dari Sandiaga Uno, melainkan dari pihak ketiga.
Sementara, dalam perjanjian, uang Rp 50 miliar tidak dianggap sebagai utang apabila Anies-Sandi menang dalam pilkada.
Di sisi lain, Adi Prayitno menilai terkuaknya hutang Rp 50 miliar Anies Baswedan merupakan bagian dari serangan sporadis politik.
Menurut Adi isu itu mencuat setelah sebelumnya bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan itu dikritik tidak pamitan ke Prabowo Subianto.
"Saya kira soal 50 miliar itu adalah bagian dari serangan sporadis politik ke Anies karena sebelumnya yang bersangkutan dikritik sebagai orang yang tidak pamitan ke Prabowo Subianto untuk maju Pilpres," kata Adi kepada Tribunnews.com, Minggu (12/2/2023).
Adi melanjutkan sejumlah elite Gerindra terlihat tidak suka dengan Anies Baswedan yang sebelumnya berjuang bersama di Pilkada DKI justru maju Pilpres 2024 bersama NasDem.
"Kalau dilihat rata-rata ada sejumlah elite Gerindra sepertinya sebal dengan Anies yang dulu sempat mereka usung, sempat berjuang bersama di Pilkada DKI Jakarta."
"Tapi nyatanya justru maju Pilpres dari NasDem dan tidak berpamitan dengan Prabowo dan Gerindra itu serangan yang pertama," lanjutnya.
Lalu menurut Adi soal utang piutang Rp 50 miliar, publik tidak melihat persoalan substansinya yang sudah selesai, dan Sandiaga Uno yang sudah mengikhlaskan termasuk Anies juga detail mengklarifikasi tentang hal ihwal yang 50 persen tersebut.
"Tapi publik melihat bahwa Anies adalah orang yang disebut mengeluarkan modal yang tidak sedikit untuk memenangkan pertarungan Pilkada DKI Jakarta"
"Anies dalam melakukan kampanye dengan Sandi ternyata butuh logistik yang memadai untuk melawan Ahok," jelasnya.
Adi menegaskan isu Rp 50 miliar dan tidak pamitan ke Prabowo merupakan serangan-serangan politik secara sporadis terhadap Anies Baswedan.
"Itu perkara biasa di politik, apakah ini akan menjegal elektabilitas Anies. Perlu dibuktikan secara statistik. Minimal hal itu serangan yang tentu ditujukan kepada Anies punya masalah pada komunikasi dengan Prabowo karena dianggap tidak pamit," ujar dia.
"Begitupun dengan yang soal hutang piutang yang 50 miliar ternyata Anies juga membutuhkan logistik yang sama untuk memenangkan pertarungan," katanya.
Respons Sandiaga Uno
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Sandiaga Uno menyampaikan pihaknya memutuskan ingin menutup pembicaraan soal utang piutang Anies Baswedan sebesar Rp 50 miliar kepada dirinya pada Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.
Menurutnya, hal tersebut diputuskannya setelah dirinya salat istiqarah dan berkonsultasi dengan pihak keluarganya mengenai utang piutang tersebut.
"Ya setelah saya salat istiqarah menimbang konsultasi dengan keluarga, saya tak ingin melanjutkan pembicaraan mengenai ini. Dari saya cukup sekian," ujar Sandiaga Uno seusai menghadiri acara satu abad Nahdlatul Ulama (NU) di Sidoarjo, Jawa Timur, Selasa (7/2/2023).
Sandiaga Uno menyatakan bahwa pihaknya kini hanya ingin fokus menatap kontestasi Pemilu 2024 mendatang.
"Saya ingin fokus menatap masa depan kontestasi demokrasi tinggal sebentar lagi, mari tatap masa depan dengan rasa suka cita gembira dan rasa persatuan," katanya.
(Tribunnews.com/Ibriza Fasti Ifhami)
Tribunnews/Rizki Sandi Saputra
Fahri Hamzah sebut KPK semestinya langsung mengincar begitu mendengar isu terkait utang Anies Baswedan Rp50 miliar ke Sandiaga Uno. Foto: Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah saat ditemui awak media di Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (7/6/2022).