Selama masa sekolah, H Aneng menyebut anaknya selalu berprestasi, mulai dari peringkat ketiga, kedua, hingga juara kelas.
Eman juga dinilai H Aneng memiliki pendirian yang teguh. Menurutnya sudah memiliki keinginan, Eman akan mengejarnya sampai dapat. Hal ini berlaku saat mengejar cita-citanya sebagai hakim.
"Setelah lulus kuliah juga kan diterima di Pertamina sama Kehakiman tapi karena cita-citanya jadi hakim, yang Pertamina tidak diambil," ungkap H Aneng yang selama berbicara kerap tersenyum.
Sementara itu, tetangga Eman Mochmmad Chatta (64) menyatakan Haji Aneng merupakan tokoh masyarakat di kampungnya.
"Tetangga saya banget, cuma beda lima rumah saja. (Hakim Eman) Memang anak tokoh di kampung ini," ujar Chatta.
Berbicara soal Eman, Chatta menilai Eman merupakan sosok baik meskipun pendiam. Eman, berbicara dan berinteraksi seperlunya saja dengan tetangganya.
Eman sering terlihat membaca buku di teras depan rumahnya.
"Orangnya kukuh pendirian, baik, pendiam dan disebut kutu buku juga. Saya sering lihat dia lagi baca buku," jelasnya.
Chatta pun membenarkan Eman bercita-cita menjadi hakim sedari remaja.
Alasan itu pula yang membuat Eman mengambil jurusan S1 hukum di Universitas Pasundan Bandung, Jawa Barat.
"Saat interaksi juga kesan saya, orangnya kukuh, idealis, disebut introvert bisa. Maka sampai berhasil cita-citanya," katanya.
Chatta menambahkan, sejak awal Eman menjadi hakim dalam sidang praperadilan. Para tetangganya selalu antusias menyaksikannya di televisi.
Bahkan sewaktu sidang gugatan berlangsung, para tetangga dan keluarga menggelar nonton bareng layaknya pertandingan olahraga seperti sepak bola dan bulu tangkis.
Menurut Chatta, ada kebanggaan karena warga asli kampung mereka menjadi hakim yang masuk televisi nasional.
"Ditambah dinilai positif dan sesuai harapan memenangkan Pegi Setiawan," katanya.