Dilansir dari Harian Kompas (4/4/2018), terapi cuci otak adalah metode yang menggunakan Digital Subtraction Angiogram (DSA) untuk pasien stroke.
Metode ini menuai pro dan kontra, meskipun Terawan mengeklaim bahwa terapi tersebut memberikan hasil positif bagi pasien stroke.
Bahkan, kerabat pasien mengungkapkan bahwa terapi ini tidak hanya mengobati, tetapi juga mencegah stroke.
Baca juga: Presiden Prabowo Subianto Tunjuk Budi Santoso Sebagai Menteri Perdagangan, Ini Kata Pengamat
Namun, gagasan pengobatan stroke ini membuatnya diberhentikan sementara dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) Ikatan Dokter Indonesia (IDI) selama 12 bulan, terhitung sejak 26 Februari 2018 hingga 25 Februari 2019.
Ketua MKEK IDI Prijo Pratomo kala itu menyatakan bahwa Terawan telah melanggar kode etik dokter, yakni Pasal 4 yang mengatur dokter wajib menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri. Serta Pasal 6 yang mengatur bahwa,
“Setiap dokter wajib senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan atau menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.”.
“Kami tidak mempersoalkan DSA, tapi sumpah dokter dan kode etik yang dilanggar,” ujar Prijo saat dihubungi Kompas.com pada Rabu (4/4/2018).
Jabat Menkes Mengagagas Vaksin Nusantara
Meskipun pernah diberhentikan sementara oleh MKEK IDI, Presiden Jokowi tetap mengangkat Terawan sebagai Menteri Kesehatan.
Penunjukan ini menjadikannya sebagai dokter militer pertama yang menjabat sebagai Menkes sejak Mayor Jenderal TNI (Purn.) dr. Suwardjono Surjaningrat periode 1978-1988.
Terawan menghadapi tantangan besar ketika Indonesia dilanda pandemi Covid-19 pada Maret 2020, beberapa bulan setelah ia menjabat.
Salah satu upaya yang dilakukannya untuk menanggulangi pandemi adalah menggagas pembuatan vaksin Covid-19 yang diberi nama vaksin Nusantara.
Vaksin ini berbasis sel dendritik autolog dan diklaim sebagai yang pertama di dunia untuk Covid-19.
Menurut klaim Terawan, vaksin ini aman untuk disuntikkan kepada orang-orang dengan penyakit penyerta atau komorbid.
Vaksin karyanya bahkan telah digunakan oleh sejumlah tokoh dan pejabat Indonesia, termasuk Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, eks Menteri BUMN Dahlan Iskan, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, hingga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News