Kesabaran, ketekunan dan kerajinan menjadi kunci utama perjuangannya agar tetap bisa bersaing dengan pedagang lain dan di tengah kecanggihan teknologi.
Kemudian terpaan Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia pada tahun 2020 lalu juga turut memberikan dampak signifikan terhadap menurunnya penjualan dagangan.
"Selama 46 tahun berjualan tentu ada perbedaan dari sisi pendapatan, sekaran daya beli masyarakat semakin berkurang, mungkin karena teknologi sudah canggih, pembeli lebih suka secara online, teruskan penghasilannya juga mungkin berkurang orang ya akhirnya belanja dikurangin juga," ungkapnya.
Meski demikian Widia masih mampu meraih pendapatan kotor sebesar Rp 2 juta dalam setiap harinya. Ketika menjelang akhir pekan penghasilan terasa bertambah lantaran omzet sebesar Rp 5 juta.
Adapun keuntungan besar yang dapat diraihnya hanya ketika Tahun Baru Imlek tiba setiap awal tahun. Hasil penjualan melesat sejak dua minggu menjelang Imlek yang berkisar diantara Rp 15 juta hingga Rp 20 juta dalam satu harinya.
Selain karena pelanggan yang datang untuk berbelanja, tingginya pendapatan yang diraih juga berasal dari pembeli lama atau langganan yang telah mempercayai Toko Hio Abadi.
Sebab pelanggan toko tersebut tidak hanya berasal dari Kota Tangerang saja, melainkan dari wilayah Jakarta, hingga beberapa wilayah di Jawa Barat seperti Bogor dan Subang.
"Penurunan penjualan sendiri berasa itu abis musim virus Corona adalah sekira 30 persen berkurang penjualan, ditambah setelah Covid pedagang online langsung bermunculan, yaudah makin berkurang penjualan," tuturnya.
"Tapi syukurnya kalau musim Imlek, terus sembahyang kuburan atau Cheng Beng dan Cap Go Meh pembeli bisa ramai lagi, lumayan lah bisa dapat 10 sampai 15jutaan, paling banyak yang dijual soalnya lilin untuk ibadah," paparnya.
Selama berjualan di Pasar Lama Widia mengaku tidak pernah bermasalah dengan pedagang lain, justru memilih menjalin kebersamaan di tengah persaingan menarik pelanggan untuk datang.
Ia pun memastikan akan meneruskan warisan usaha keluarganya itu hingga ke generasi selanjutnya anak dan cucu.
Menurut dia lokasi toko yang berada persis di depan Viahara Boen Tek Bio membuat pilihan membuka usaha ornamen Tionghoa tidak akan pernah habis ditelan oleh waktu.
Terkait dengan hasil penjualan, Widia tidak pernah memasang target yang tinggi. Ia berdagang hanya untuk melayani pembeli yang datang serta cukup untuk menghidupi keluarga makan sehari-hari.
"Kunci masih bisa bertahan sih cukup semangat aja jualannya terus, pokoknya mau dapet (penghasilan) dikit atau banyak ya jalanin saja, kan hari ini kita dapet dikit tapi besok bisa dapetnya lebih banyak lagi," ucapnya.
"Mungkin selama Boen Tek Bio masih ada toko akan terus buka, karena pembeli masih banyak sekalian mereka ibadah, apalagi belanjanya bisa on the spot, orang-orang yang jalan disini langsung masih sekalian lah orang belilah gitu ibaratnya," jelasnya. (m28)
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News