Kisah Inspiratif

Kisah Mantan Napi Narkoba Jadi Barista di Bapas Jakbar: Dulu Dunia Malam, Kini Cari Rezeki Halal

Kisah penuh pembelajaran datang dari seorang mantan narapidana (napi) bernama Budi Setiadi (45) yang kini aktif menjadi barista.

Editor: Joko Supriyanto
wartakotalive.com/Nure
Budi mulai mengikuti pelatihan saat ia menjadi klien permasyarakatan Bapas. Seperti pelatihan barista, teknisi, dan lain sebagainya. 

TRIBUNTANGERANG.COM - Kisah penuh pembelajaran datang dari seorang mantan narapidana (napi) bernama Budi Setiadi (45) yang kini aktif menjadi barista di kafe Balai Permasyarakatan (Bapas) Kelas 1 Jakarta Barat.

Budi sendiri, keluar dari penjara lapas narkotika Cipinang, Jakarta Timur pada 2022 lalu. Dia merasakan dinginnya jeruji besi selama 5 tahun 6 bulan.

Selepas bebas, Budi lantas bertekad untuk mengubah hidupnya dan menjauhi gemerlap dunia malam, tempatnya bekerja dahulu.

Budi mulai mengikuti pelatihan saat ia menjadi klien permasyarakatan Bapas. Seperti pelatihan barista, teknisi, dan lain sebagainya.

Dia yang sejak awal memang berprofesi sebagai barista di klub malam pun bisa dengan mudah mahir dalam pelatihan.

Kemampuan itulah yang membuatnya dilirik oleh salah satu pegawai Bapas Jakbar dan mengajaknya untuk berdaya sebagai barista.

"Pas di sini (Bapas Jakbar) ada pelatihan, saya diajuin basic (dasar) saya sebelum menjadi klien barista, terus bartender. Jadi kebetulan disuruh pegang ini sama ibu kepala, jadi ya sampai sekarang udah hampir 2 tahun," kata Budi saat ditemui di kafe Bapas Jakarta Barat, Palmerah, Jakarta Barat, Minggu (2/11/2025).

Budi merasa, ditariknya ia sebagai barista kafe ini karena sikap dan ketekunannya dalam belajar untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Hingga kini, Budi bahkan tidak lagi terpikir untuk kembali ke lingkungan lamanya dan menyentuh barang haram seperti narkotika.

"Alhamdulillah enggak (menyentuh lagi narkoba). Perubahannya ya normal aja, jadi udah bangun pagi, pulang sore. Enggak berteman lagi sama yang manusia-manusia enggak benar," jelasnya.

Budi mengaku kini lebih banyak fokus untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan membuktikan kepada ketiga anaknya bahwa dirinya benar-benar berubah.

Terlebih, anak sulungnya yang kini sudah menginjak 24 tahun, mengancam Budi apabila kembali menyentuh narkoba.

Karena itu, perubahan yang dialaminya membawa Budi untuk terus mengucap syukur sebab ia merasa beruntung kini mendapatkan penghasilan yang halal.

"Ya walaupun enggak sebesar seperti pegawai atau pekerja kantoran lainnya, tapi saya bersyukur alhamdulillah saya masih bisa diterima suruh pegang ini," kata Budi.

Di samping itu, Budi mengaku sengaja menyibukkan diri untuk hal positif demi tidak mendengar pendapat negatif orang lain tentang dirinya. Terlebih, setelah ia keluar dari penjara.

"Terus saya juga makanya mau di sini pun karena menghindari, malas mendengarkan mulut-mulut orang lain Jadi biarin mereka menilai saya apa, yang penting saya di luar sini gak berbuat lagi," ungkap Budi sedikit berkaca-kaca.

Budi merasa, ada banyak pandangan intimidatif yang diterimanya setelah ia bebas dan berbaur dengan masyarakat.

Meskipun hal itu tidak diungkapkan secara langsung, namun Budi paham bahwa keberadaannya belum sepenuhnya diterima.

Karena itulah, Budi ingin membuktikan diri bahwa dia kini bisa berdaya dan memanfaatkan kesempatan kedua dengan baik.

Alasan Edarkan Narkoba

Menilik ke masa lalu Budi, dia mengaku mengedarkan narkoba karena terpaksa. Kala itu, Budi membutuhkan uang cepat karena sang ibu sedang sakit parah.

Sementara di keluarganya, Budi merupakan anak tunggal yang sehari-hari hanya bekerja sebagai barista di salah satu klub malam.

"Saya memang dunia malam, saya kerja di dunia malam hampir 14 tahun. Saya pemakai, sempat mengedar dan ketangkap ini juga saya kebutuhan, karena ibu saya harus pasang ring," tutur Budi.

"Jadi saya nyari uang cepat karena saya merasa anak satu satunya, anak lelaki, masa enggak mampu gitu. Jadi saya lakuin saat itu, cuma ya Allah berkata lain, jadi saya yang harus masuk ke penjara," imbuhnya.

Tidak ada rasa penyesalan dibenakknya ketika masuk penjara. Sebab apabila ia tidak tertangkap, Budi tidak tahu nasib dirinya terjerumus peredaran narkoba sampai sejauh mana.

Justru kini, Budi berterima kasih pada banyak orang hingga pejabat yang sudah mempercayakan mantan napi sepertinya untuk tetap berdaya dan melanjutkan hidup dengan bersih.

"Terima kasih banget yang selalu bimbing saya, ibadah. Saya juga berpikir umur udah tua, buat apa lagi lah," katanya.

Hanya saja, Budi cukup bersedih lantaran pada 6 bulan sebelum dirinya bebas dari penjara, sang ibu lebih dahulu meninggal dunia.

Saat ini, dia hanya tinggal bersama satu orang anaknya. Sementara ia sudah berpisah dengan sang istri.

Budi tak menjelaskan berapa penghasilannya dari menjadi Barista. Namun, ia merasa kini hidupnya cukup dan penuh karena rasa syukur yang terus bertambah setiap harinya.

Budi juga berpesan agar para anak muda segera menjauhi narkoba, judi, dan main perempuan. Sebab 3 hal tersebut yang akan menghancurkan seseorang perlahan-lahan.

"Intinya buat lo bro, buat lo sis, buru-buru deh cepet-cepet berubah, stop. Lo gak bakalan bisa punya apa-apa Yang laki, hindarin main MiChat, main narkoba, main judol, lo gak bakalan bisa berubah," kata Budi.

"Yang cewek, jauh-jauhin main judol lo sama narkoba lo, ingat umur cees (kawan), enggak ada yang tau, tiba-tiba lo lagi jalan, lo lagi pegang bong, dicabut leher lo, gimana? Sehat-sehat, salam sehat. Narkoba gak bakalan bisa bikin kita jadi maju," pungkasnya. (m40)

Sumber: Warta Kota
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved