Makan Bergizi Gratis

Susu MBG di Tangsel Dinilai Tak Konsisten, Kandungan Gizi Berbeda-beda

Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah ketidakkonsistenan kualitas bahan pangan, terutama pada produk susu yang disajikan. 

Tangkapan layar/kompas.com
MBG - Program Makan Bergizi Gratis yang diluncurkan pemerintah disambut antusias oleh murid sekolah dasar, terutama di lingkungan sekolah negeri yang memiliki latar belakang ekonomi beragam.  

Laporan Wartawan
TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico

TRIBUNTANGERANG.COM, PONDOK AREN - Program Makan Bergizi Gratis yang diluncurkan pemerintah disambut antusias oleh murid sekolah dasar, terutama di lingkungan sekolah negeri yang memiliki latar belakang ekonomi beragam. 

Namun di balik semangat itu, muncul pertanyaan penting, apakah mutu makanan yang disajikan benar-benar berkualitas, atau sekadar mengenyangkan?

Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah ketidakkonsistenan kualitas bahan pangan, terutama pada produk susu yang disajikan. 

Seorang guru di sekolah negeri di Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan penerima MBG menyampaikan, terdapat perbedaan signifikan dalam kandungan susu segar pada produk yang diberikan kepada siswa.

“Pernah kami menerima susu murni dengan kandungan 99,9 persen, tapi di hari lain kami mendapat susu dengan kandungan susu segarnya hanya 30 % . Kalau bisa diberi yang terbaik untuk anak-anak, kenapa harus pilih yang kadarnya lebih rendah?” ujar Anton kepada TribunTangerang.com, Pondok Aren, Tangsel, Selasa (30/9/2025).

Baca juga: Siswa SD di Kecamatan Setu Tangsel Mual-mual Usai Santap MBG, Pilar Saga Ungkap Penyebabnya

Kondisi ini mendorong guru-guru untuk menyuarakan keresahan mereka. Hasilnya tidak sia-sia. Pihak dapur MBG kini mulai menyertakan informasi kandungan gizi dalam setiap paket makanan yang dikirim ke sekolah. 

Meskipun ini baru dilakukan setelah adanya komplain, lanjut Anton, langkah ini diapresiasi sebagai bentuk keterbukaan dan tanggung jawab terhadap kebutuhan gizi anak.

“Setelah kami sampaikan keluhan, mereka mulai melampirkan kandungan kalori, protein, dan karbohidrat harian. Itu langkah maju, tapi belum semua dapur MBG melakukannya,” ucap Anton.

Sebagai perbandingan, guru-guru menyebut salah satu dapur MBG di Purworejo, Jawa Tengah, yakni SPPG Purworejo, yang dinilai sebagai salah satu yang paling transparan dan aktif.

Anton mengungkapakan, dapur ini rutin mengunggah menu harian beserta rincian gizinya di media sosial, sehingga tidak hanya sekolah, tapi juga orang tua bisa ikut memantau asupan gizi anak.

Baca juga: Di Balik Sukses MBG di Tangsel, Ada Guru yang Kurang Istirahat

Sayangnya, tidak semua dapur MBG di daerah lain menunjukkan transparansi serupa. Anton mengungkapakan bahwa sekolahnya bahkan sempat menerima makanan kemasan seperti roti tanpa label tanggal kedaluwarsa, yang bertentangan dengan edukasi literasi pangan yang juga diajarkan di sekolah.

“Kami ajarkan anak-anak untuk selalu cek tanggal expired dan komposisi makanan. Tapi bagaimana kami memberi contoh kalau makanan dari MBG sendiri tidak ada labelnya?” ungkap Anton.

Oleh karena itu, Anton berharap adanya standarisasi kualitas dan transparansi di semua dapur MBG, tidak hanya yang sudah menonjol seperti SPPG Purworejo. 

Baginya, tanggung jawab memberikan gizi terbaik tidak bisa setengah-setengah, terlebih jika menyangkut kesehatan dan tumbuh kembang anak.

“Anak-anak itu generasi masa depan. Kalau gizinya tidak konsisten, efeknya bisa panjang. Harus ada standar mutu yang sama, bukan tergantung dapurnya aktif atau tidak," tutup Anton. (m30)

 

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved