Kesehatan
Kasus TBC di Tangsel Tembus 4.000, Banyak Pasien Tak Sadar dan Berobat Saat Parah
Kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Tangerang Selatan mengalami lonjakan signifikan dalam satu tahun terakhir.
Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joko Supriyanto
Laporan Wartawan
TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico
TRIBUNTANGERANG.COM, SERPONG - Kasus Tuberkulosis (TBC) di Kota Tangerang Selatan mengalami lonjakan signifikan. Dalam satu tahun terakhir, Dinas Kesehatan mencatat sekitar 4.000 kasus TBC dari 29.000 warga yang telah diperiksa.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan, Allin Hendalin Mahdaniar mengatakan kondisi ini menunjukkan bahwa TBC masih menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat.
“Banyak orang menganggap batuk itu biasa, lalu tidak memeriksakan diri. Padahal itu bisa jadi TBC. Ini jadi tanggung jawab kita bersama,” ujar
Allin kepada TribunTangerang.com, Serpong, Tangsel, Senin (13/10/2025).
Pemerintah Kota Tangsel, lanjut Allin, menegaskan penanganan TBC sepenuhnya ditanggung negara. Pasien yang terdeteksi akan langsung mendapat pengobatan standar yang harus dijalani selama 6 bulan tanpa biaya.
“Langkah pertama adalah deteksi dini. Setelah terdiagnosis, pengobatan harus dimulai dan dijalani hingga tuntas. Ini penting agar pasien benar-benar sembuh dan tidak menularkan ke orang lain,” jelas Allin.
Allin mengatakan tenaga kesehatan juga telah dibekali pelatihan agar penanganan di semua fasilitas kesehatan dilakukan secara merata dan sesuai protokol.
Untuk mencegah penyebaran lebih lanjut, Dinkes Tangsel menginisiasi program RW Bebas TBC. Targetnya, 10 persen RW di Tangsel tahun ini menyatakan diri bebas dari TBC.
“Di setiap RW dilakukan sosialisasi aktif. Warga diberi edukasi soal penularan, pencegahan, dan pentingnya pengobatan tuntas. Tidak boleh ada lagi pengucilan bagi penderita,” jelas Allin.
Baca juga: Tangsel Alami Lonjakan Kasus TBC, Dinkes Perangi Penyakit Menular dari Akar
Ia memastikan, RW melakukan skrining massal, serta mendukung warga yang sedang menjalani pengobatan, baik dari sisi moral maupun kebutuhan gizi. Bantuan makanan berprotein, bahkan program bedah rumah, bisa diajukan melalui pemerintah daerah.
"Konsepnya mirip seperti saat pandemi COVID-19. Saling bantu antarwarga. Kalau rumah tidak layak, bisa ajukan bantuan ke Dinas Perkim,” tambahnya.
Pada momen ini, Allin membagikan fakta lebih dari 1.000 kasus TBC di Tangsel terjadi pada anak-anak. Dan dalam hampir semua kasus, anak-anak tertular dari orang dewasa yang tinggal serumah, bukan dari teman sebaya.
“Misalnya, ayahnya batuk lama, tapi mengira hanya masuk angin. Ternyata positif TBC, dan akhirnya menular ke anak dan istri,” ujar Allin.
Dalam kasus seperti ini, Allin memastikan akan dilakukan investigasi kontak, minimal terhadap 15 orang di sekitar pasien, untuk memastikan tidak ada penularan lebih lanjut.
Baca juga: Hampir 5.000 Warga Terpapar TBC, Monitoring Digencarkan Dinkes Kabupaten Tangerang
Ia mengungkapkan, salah satu tantangan besar dalam penanganan TBC adalah stigma. Banyak penderita enggan memeriksakan diri karena takut dikucilkan.
Waspadai Ancaman Mematikan Rabies dari Gigitan Hewan, Kenali Gejala dan Cara Pencegahannya |
![]() |
---|
Gelar Bodytalk Playdate, MGHITT Ajak Masyarakat Lebih Peduli Kesehatan Intim |
![]() |
---|
Penanganan Obesitas Jadi Kunci Cegah Penyakit Jantung di Indonesia |
![]() |
---|
Peringati Hari Jantung Sedunia 2025, PERKI Beri Tips Generasi Muda Cegah Penyakit Kardiovaskular |
![]() |
---|
Herbalife Run 2025 Pecahkan Rekor, Inspirasi Sehat untuk Semua Orang |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.