Aksi Terorisme
Taliban Bebaskan 5.000 Tahanan, Densus 88 Waspadai WNI Eks Kombatan yang Pulang dari Afganistan
Ia menyampaikan, kepulangan WNI tersebut harus dicermati secara teliti oleh pihak bandara.
Sebab, kata dia, mereka mengalami proses pencucian otak oleh pihak Taliban.
"Mereka yang kembali ini memiliki tingkat radikalisme yang tinggi, karena ada pembelokan tujuan."
"Dari awalnya mungkin terpanggil untuk membela atau melindungi sesama Umat Islam, kemudian berubah menjadi mendirikan Daulah Islamiyah."
Baca juga: Kantongi SK Kemenkumham, Partai Ummat Resmikan Kantor DPP di Tebet
"Merasa bahwa jalan untuk mewujudkan kemenangan itu dengan menguasai dan mendirikan negara," bebernya.
Aswin mengingatkan, Indonesia punya pengalaman buruk terhadap eks kombatan Taliban usai kembali ke Indonesia. Rata-rata, mereka pernah melakukan aksi teror.
"Selesai pulang ke Indonesia dan melakukan berbagai aksi teror ya di sini."
Baca juga: Capaian Vaksinasi Covid-19 Lansia Rendah, DPR: Harus Diberikan Prioritas dan Perhatian Khusus
"Sebagaimana yang tercatat di kita itu ada bom malam Natal ketika konflik di Poso, Bom Bali 1, bom Bali 2, bom JW Marriott, bom Kedubes Australia, Ritz Carlton dan sebagainya."
"Jadi aksi mereka itu hasil-hasil dari keberadaan mereka di Afganistan."
"Itu secara nyata dan faktual memberikan dampak terhadap pemikiran dan aksi mereka setelah kembali ke Indonesia," paparnya.
Dua Kelompok Teroris di Indonesia Diduga Beda Sikap Soal Taliban
Kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) diduga bersuka cita atas kemenangan kelompok militan Taliban, yang menguasai Ibu Kota Afganistan di Kabul sejak 15 Agustus 2021.
Hal itu disampaikan oleh pengamat teroris Noor Huda Ismail.
Hal ini untuk menanggapi kemenangan Taliban terhadap organisasi teroris yang masih eksis di Indonesia.
Baca juga: 4 Merek Vaksin Covid-19 Sedang Proses Registrasi Izin di BPOM, Ada yang Cuma Butuh Sekali Suntik
Ia menyampaikan, setidaknya ada dua kelompok teroris yang masih eksis di Indonesia, yaitu Jamaah Islamiyah (JI) dan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Dua kelompok ini menyikapi kemenangan Taliban secara berbeda-beda.