Virus Corona
Anak-anak Kehilangan Pengasuhan Akibat Pandemi Covid-19, Kolaborasi Banyak Pihak Diperlukan
Menurut penelitian The Lancet, ada 1,5 juta anak di seluruh dunia kehilangan orang tua karena Covid-19.
TRIBUNTANGERANG, JAKARTA - Anak-anak menjadi korban utama pandemi Covid-19 yang menyerang Indonesia hampir dua tahun.
Menurut penelitian The Lancet, ada 1,5 juta anak di seluruh dunia kehilangan orang tua karena Covid-19.
Hal ini yang menjadi fondasi utama SOS Children’s Villages Indonesia bergerak mengadakan diskusi publik berupa webinar, untuk dapat menganalisis data awal dan merumuskan solusi yang tepat dan cepat dalam pemenuhan hak-hak anak yang terdampak.
Khususnya, di bidang pengasuhan alternatif berbasis keluarga.
Acara diadakan secara virtual pada 8 September 2021, dengan mengundang seluruh elemen masyarakat yang menaruh perhatian kepada anak-anak yang kehilangan pengasuhan orang tua.
Webinar pertama bertema ‘Respons Kondisi Anak yang Kehilangan Orang Tua karena Covid-19’ digelar dalam rangkaian 49 Tahun SOS Children’s Villages Indonesia.
Webinar ini mengundang narasumber Dr Harry Hikmat MSi selaku Direktur Jenderal Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial; Kalis Mardiasih, Relawan dari Gerakan Kawal Masa Depan; dan Gregor Hadi Nitihardjo, Direktur Nasional SOS Children's Villages Indonesia.
Dr Harry Hikmat sebagai pembuka dari webinar ini memaparkan beberapa hal yang telah dilakukan oleh Kementerian Sosial, salah satunya adalah upaya pendataan.
Data anak yatim, piatu, dan yatim piatu yang telah dihimpun per 7 September 2021 sebanyak 25.202 anak.
“Anak yatim, piatu, maupun yatim piatu mengalami kondisi yang sulit."
"Dari sisi pengasuhan, ada risiko anak tidak ada yang mengasuh sama sekali, bahkan buruknya menjadi gelandangan."
"Itu yang sangat tidak kami inginkan,” tutur Harry .
Ia kemudian menjelaskan program Asistensi Rehabilitasi Sosial (ATENSI) yang sudah berjalan sejak 2019, dan dapat menjadi jawaban untuk kondisi sekarang ini.
ATENSI merupakan layanan rehabilitasi sosial yang menggunakan pendekatan berbasis keluarga, komunitas, dan/atau residensial.
Melalui, kegiatan dukungan pemenuhan kebutuhan hidup layak, perawatan sosial dan/atau pengasuhan anak, dukungan keluarga, terapi fisik, dan terapi psikososial.
Juga, terapi mental spiritual, pelatihan vokasional, pembinaan kewirausahaan, bantuan sosial dan asistensi sosial, serta dukungan aksesibilitas.
“Yang sudah kami lakukan dapat disebarkan kepada masyarakat luas."
"Kami tahu kami belum maksimal, jadi memang diperlukan kerja sama dengan pihak-pihak lain.
"Sistem memang sudah ada di pemerintah, namun bukan berarti pemerintah mampu menampung atau meng-cover semuanya."
"Kami terbuka untuk bekerja sama dengan Kawal Masa Depan ataupun SOS Children’s Villages Indonesia,” imbuhnya
Kalis Mardiasih, relawan Kawal Masa Depan, pun menyambut ajakan kerja sama ini.
“Kawal Masa Depan adalah inisiatif dari publik untuk membantu anak yatim, piatu, ataupun yatim piatu yang orang tuanya meninggal dunia karena Covid-19."
"Ini adalah respons cepat dari masyarakat ketika melihat situasi yang terjadi."
"Dalam hal ini tentunya kami butuh kolaborasi dari banyak pihak,” ucapnya.
Terdapat dua bentuk bantuan Kawal Masa Depan, yaitu dalam jangka pendek berupa santunan uang Rp 1 juta untuk masing-masing anak yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Dan, jangka panjang berupa program beasiswa dan monitoring beragam keahlian untuk anak-anak yatim.
“Perkembangan awal Kawal Masa Depan pun sangat positif,” lanjut Kalis.
Pada paparannya, terdapat lebih dari 750 anak yatim dan wali telah mendaftar untuk mendapat santunan dari KMD,.
Lbih dari 500 orang mulai tertarik menjadi orang tua asuh dengan berdonasi rutin setiap bulan, dan terkumpul donasi dari publik mencapai Rp 1,5 miliar dalam waktu 1 bulan.
Kalis berharap gerakan ini makin berkelanjutan, sehingga diperlukan kolaborasi dengan banyak pihak, termasuk sektor swasta.
Gregor Hadi Nitihardjo, Direktur Nasional SOS Children's Villages Indonesia, juga menyambut baik kerja sama kebaikan ini.
“Kami dari SOS Children’s Villages Indonesia sebagai organisasi non-profit yang memberikan pengasuhan alternatif berbasis keluarga, dan menguatkan serta mendampingi ratusan keluarga Indonesia."
"Sangat senang bila dapat bekerja sama dan mengerjakan misi besar untuk anak Indonesia ini bersama-sama dengan banyak pihak."
"Kami ingin terus mengusahakan dan berjuang bagaimana agar semua anak tidak hidup sendirian dan tidak kehilangan kasih sayang serta hak-haknya,” papar Gregor.
Menurut SOS Children’s Villages Indonesia, salah satu yang penting dalam masa pandemi ini tidak hanya semata-mata anak menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu, melainkan juga sistem keluarga menjadi lemah.
“SOS Children’s Villages memiliki program Family Strengthening yang fokus ingin membantu dan mencegah anak-anak terpisah dari keluarga karena faktor apapun."
"Kami meyakini setiap anak harus dibesarkan dalam lingkungan keluarga."
"Walaupun tidak tinggal dengan orang tua kandungnya, setiap anak harus tetap merasakan adanya keluarga."
"Jangan sampai anak terpisah dengan keluarga."
"Ketika anak-anak sudah tidak mempunyai orang dewasa dan keluarga di dekatnya, di situlah program kami Pengasuhan Alternatif Berbasis Keluarga (PABK) akan bergerak memastikan anak tersebut mendapatkan kasih sayang selayaknya keluarga,” beber Gregor Hadi.
Karena kepentingan hal tersebut, kini SOS Children’s Villages Indonesia sedang melakukan Rapid Assesment untuk mendapatkan data aktual anak-anak kehilangan pengasuhan orang tua.
Berfokus pada 3L yakni Look (melihat apa yang ada di lapangan), Listen (mendengar langsung dari anak), dan Link (menghubungkan kebutuhan dengan anak).
SOS Children’s Villages ingin meninjau langsung bagaimana kehidupan anak yang bersangkutan, kesehatannya, pendidikannya, hingga bagaimana mendapat makanan dan perlindungannya.
“Ini merupakan dasar awal yang ingin kita lihat."
"Di mana kita bisa intervensi, di situ kita intervensi."
"Kolaborasi dengan Kawal Masa Depan dan Kementerian Sosial bertujuan memastikan setiap anak terlindungi dan terpenuhi hak-hak mereka."
"Serta memberikan respons dan bantuan yang sesuai dengan kebutuhan anak,” tutur Gregor Hadi, lewat keterangan tertulis.
Rangkaian diskusi publik dalam pembahasan ‘Respon Kondisi Anak Kehilangan Orang Tua Akibat Covid-19’ akan terus berjalan selama Bulan September 2021, dalam rangka 49 Tahun SOS Children’s Villages Indonesia memperjuangkan hak dan masa depan anak Indonesia.
Acara akan dilanjutkan dengan diskusi mengenai solusi, yaitu pengasuhan alternatif berbasis keluarga yang berkualitas bagi anak.
Anak-anak juga diajak menyampaikan aspirasi mereka melalui lomba pidato yang akan disampaikan di depan publik dalam acara press conference pada 30 September 2021. Informasi lengkapnya dapat dilihat di: www.sos.or.id/49tahunsos. (*)