Berita Daerah

Ujang Anggap Tugas Menjaga Pelintasan KA di Jembatan Gantung Sebagai Anugerah Terbesar dalam Hidup

Pandangan hidup Ujang bisa ditiru orang lain. Sebagai penjaga pelintasan kereta api, dia sangat bersyukur.

Warta Kota/Rafsanjani Simanjorang
Ujang, penjaga pelintasan kereta api di Jembatan Gantung, Cengkareng, Jakarta Barat. 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA - Kala moncong kereta api mulai terlihat dari kejauhan, Ujang dengan sigap membunyikan peluitnya.

Sembari tangannya memberikan isyarat berhenti kepada pengendara di sisi kanan dan kiri rel kereta api di Jembatan Gantung, Cengkareng, Jakarta Barat.

Baca juga: Hanna Kirana Meninggal Akibat Gagal Jantung, Kenali Penyebab dan Gejala yang Suka Diabaikan

Secepat kilat ia melangkah ke seberang perlintasan guna menurunkan sebuah portal dan mengikatnya agar pengendara terhenti. 

Kemudian, peluit ia bunyikan lagi sembari memberikan kode dengan tangannya agar pengendara di sisi yang berlawanan tidak menyebrang karena kereta api akan melintas.

Saat kereta api telah berlalu, ia pun membuka kembali palang yang ada, dan pengendara pun berlalu lalang.

"Sudah tiga tahunan di sini. Dulu belum ada pintu palang, dan belum digaji, saya sudah jaga di sini," ujar Ujang En kepada Warta Kota saat ditemui di perlintasan, Selasa (2/11/2021).

Baca juga: Warga Kabupaten Tangerang Patuh Bayar Pajak, Awal November PBB dan BPHTB Nyaris Capai Target

Ujang memutuskan menjaga perlintasan rel kereta api usai dirinya mengalami kecelakaan kerja beberapa tahun lalu.

Tak bisa bekerja seperti biasanya, Ujang memutuskan untuk menjaga perlintasan, dan mendapatkan uang sukarela dari para pengendara yang melintas, atau yang merasa iba dengannya.

Dari situ, akhirnya dirinya pun dipercaya warga untuk menjaga perlintasan dan diupah.

Ujang menjelaskan, dirinya diupah Rp 1,5 juta per bulan.

"Yang bayar itu pak RT," tambahnya.

Baca juga: Pemkot Tangerang Berikan Keringan Pajak Hotel, Restoran, Hiburan dan Reklame

Bagi Ujang, mendapat uang bulanan menjadi kebanggaan tersendiri.

Bahkan, dirinya menyebut menjaga perlintasan bak anugerah Tuhan kepadanya.

Ia mengenang kembali bagaimana dirinya sempat putus asa kala mengalami kecelakaan kerja.

"Anugerah terbesar bagi saya seumur hidup. Paling suka di sini, seumur hidup yang paling saya syukuri," terangnya.

Baca juga: Anies Baswedan Merendah, Sebut Keberhasilan Menangani Pandemi Virus Corona Berkat Kerja Kolosal

Ujang sendiri tinggal tak jauh dari lokasi kerjanya. Dirinya tinggal di sebuah kosan satu kamar, yang per bulannya ia bayar Rp 300.000.

Ujang menempuh perjalanan dengan menggunakan sepeda kayuh. Biasanya, dirinya berangkat kerja pukul 04.00 WIB, dan menjaga perlintasan hingga pukul 15.00 WIB.

Sumber: Warta Kota
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved