Ramadan 2022
Risiko Sopir Bus, Antar Penumpang Mudik Sementara Dirinya Tidak Bisa Pulang Kampung
Edi Santoso (37) mengaku sedih karena belum bisa pulang ke kampung halamannya, profesinya sebagai sopir bus lintas daerah belum mendapatkan libur
Penulis: Rendy Rutama | Editor: Lilis Setyaningsih
"Seneng pasti melihat mereka (anak dan istri) bahagia, bisa tahu dari video call juga kan," lugasnya dengan mata yang terlihat berkaca-kaca.
Baca juga: Polda Metro Pastikan Tilang ETLE Kecepatan di Tol Berlaku Meski Mudik
Edi berharap dari kerja kerasnya ini dapat membiayai anaknya hingga meraih gelar sarjana.
Ia juga menjelaskan pendidikan sejak dini perlu dilakukan, untuk tujuan yakni bisa bekerja lain profesi dari ayahnya.
"Tabungan Alhamdulillah ada, untuk keluarga dan anak di masa depan," jelasnya.
Sebelum menjadi Sopir Bus, Edi mengaku sempat bekerja sebagai chef atau koki di tempat makan daerah Jakarta Pusat.
Baca juga: Polres Metro Tangerang Kota Kerahkan 1.036 Personel Selama Arus Mudik 2022
Ia masih berharap kelak bisa mengembangkan bakat memasak, dan dapat membuka usaha rumah makan di hari tuanya.
"Sekira tahun 2009 saya aktif di bagian kitchen restaurant," ungkap lelaki yang menggunakan baju kaos hitam tersebut.
Perbedaan profesi dari sebelumnya yang berkutik dengan alat masak, dan saat ini membawa penumpang, dirasa harus belajar lebih giat untuk beradaptasi.
Baca juga: Khawatir Kendaraan Ditinggal di Rumah Saat Mudik Lebaran? Bisa Titip di Kantor Polsek dan Polres
Berusaha bersyukur dan mengerti keadaan diungkapkan Edi menjadi cara mengarungi kehidupannya.
Susah dan senang dirasanya layak dijadikan pedoman dalam kehidupannya.
"Hidup intinya bersyukur mas, tidak ada yang tau juga ke depannya, intinya berusaha," ucap Edi.
Sembari duduk di bangku penumpang bus yang terasa terbuat dari kulit, ia mengaku sempat mengalami culture shock atau perbedaan pemaknaan budaya.
Baca juga: Dishub Kota Tangerang Prediksi Arus Mudik di Terminal Poris Plawad Mulai H-10 Lebaran
Respon tidak mengenakan dari penumpang kerap dirasakan.
"Saya juga awalnya kesel sama penumpang yang keras kepala, minta turun bus semaunya mereka," katanya sembari tertawa.
Seiring berjalannya waktu, ia merasakan sudah bisa menerima terkait risiko secara keseluruhan pekerjaannya. Termasuk tidak pulang saat Lebaran.