Edukasi

Program Makan Siang di Sekolah Dapat Menurunkan Anemia pada Anak-anak

Ajinomoto Kenalkan Solusi Makanan Bergizi Seimbang untuk Pesantren Melalui School Lunch Program yang dapat menurunkan angka anemia

Penulis: | Editor: Lilis Setyaningsih
pexels
Anak-ana dan remaja rentan mengalami anemia akibat pola makan yang kurang atau salah 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -– Pemenuhan nutrisi bagi anak-anak usia sekolah di Indonesia masih belum merata. 

Ada yang mengalami gizi kurang, cukup, bahkan berlebih.

Pada kasus gizi kurang dan berlebih sama-sama akan menimbulkan gangguan penyakit. 

Anak yang alami gizi kurang ditandai dengan lemah, lesu, kurus, sementara yang berlebih terlihat obesitas yang rentan alami penyakit tidak menular.

Baca juga: Orangtua Kerap Lengah Beri Nutrisi di Usia Prasekolah, ini Penyebabnya

Baca juga: Jangan Biarkan Lansia Alami Malnutrisi, Akibatkan Kelemahan dan Gangguan pada Otot

Tidak hanya  anak-anak yang bersekolah biasa tapi juga pesantren.

Perwakilan dari Kemenag, Dr. H. Basnan Said MAGKasubdit Pendidikan Ponpes mengatakan santri sebagian besar berasal dari desa-dari kampung.

"Kalau kita berbicara tentang masalah pemenuhan gizi, mungkin ada yang tidak terpenuhi," ujar Basnan, Sabtu (9/7/2022).

Ia menambahkan, adalah penting bagi kita semua untuk mengonsumsi makanan yang Halal dan Thoyib, serta bergizi. 

Baca juga: Survei: Pasien Rawat Inap di Indonesia Punya Risiko Malnutrisi Sedang Hingga 76 Persen

Baca juga: Selain Nutrisi, Olahraga Teratur jadi Kunci Tetap Aktif dan Fit Saat Bertambahnya Usia

"Kami mengucapkan terima kasih atas inisiasi dari pihak Ajinomoto yang memberikan kesempatan kepada santri sehingga dapat merasakan gizi yang sama dengan anak-anak yang studinya di luar tetapi tinggalnya di rumah," imbuhnya. 

Grant Senjaya, Head of Public Relations Dept - PT Ajinomoto Indonesia mengatakan, pilot project dilakukan dengan  menetapkan target untuk menurunkan prevalensi status anemia santri di pondok pesantren.

Caranya melalui pemberian makanan bergizi seimbang dan pendidikan gizi.

"Setelah kami menyediakan menu yang tinggi kandungan zat besi (seperti rendang hati ayam,) dan menu sayur yang dimasak dengan mudah serta nikmat menggunakan produk kami, santri mulai makan lebih banyak," paparnya. 

"Hasilnya, kami mampu mengurangi 8 persen kejadian anemia di kalangan santri Pondok Pesantren Pertanian Darul Falah Bogor dan 20,9 persen di Pondok Pesantren Darussalam Bogor. Berangkat dari kisah sukses ini, kami ingin terus kontribusi untuk mengatasi masalah gizi anak di Indonesia,” ujar Grant Senjaya.

Ia mengatakan, melalui sosialisasi SLP (school lunch program) ini, akan lebih banyak lagi pesantren yang melaksanakan program ini.

"Kami bersama Tim SLP dari Institut Pertanian Bogor (IPB) akan melakukan observasi dan seleksi untuk memilih 12 pondok pesantren yang sekiranya memenuhi semua persyaratan untuk mengimplementasikan SLP di pondok pesantren masing-masing,” lanjutnya.

Menurut Dr. Rimbawan, Dosen di Departemen Gizi Masyarakat IPB sekaligus ketua project SLP, buku panduan SLP yang sudah dibuat tidak hanya bermanfaat bagi siswa/i di pesantren, namun bermanfaat juga bagi tenaga pengajar di pondok pesantren yang menerapkan.

Baca juga: Penuhi Kebutuhan Nutrisi Lewat Pembayaran Non Tunai di ASC

Baca juga: Menjaga Asupan Nutrisi dan Tubuh Tetap Aktif Jadi Energi dan Kesehatan Mental Saat Berpuasa

Ia mengatakan, telah disusun panduan SLP menjadi 3 buku.

Buku pertama berisikan modul edukasi gizi di pesantren yang bermanfaat untuk membekali tenaga pengajar pengetahuan dasar tentang gizi dan kesehatan untuk anak dan remaja.

Buku kedua berisikan modul penyediaan makan bergizi seimbang di pesantren, buku kedua ini bermanfaat bagi pengelola dan tim penyedia makan pesantren.

Buku ketiga berisikan kumpulan resep dan pilihan aplikasi menu lezat bergizi seimbang.

Baca juga: 5 Nutrisi untuk Pelari, Konsumsi kombinasi karbohidrat dan protein 30-45 menit Setelah Olahraga

Baca juga: Jangan Abaikan, Sarapan Bernutrisi dapat Menyuplai Energi bagi Tubuh dan Otak untuk Tetap Aktif

Sebelumnya telah dipilih  6 pesantren sebagai pilot project.

"Tahun ini kami mengadakan sosialisasi program SLP ke lebih banyak pesantren. Berdasarkan pengamatan kami pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mengalami banyak kemajuan, namun dalam hal pangan, gizi, dan kesehatan, masih belum mendapatkan perhatian yang proporsional," papar Dr Rimbawan. 

"Pada umumnya siswa/i mondok di pesantren, oleh karena itu kami menilai jika kondisi pangan, gizi dan kesehatannya baik, akan sangat berdampak pada peningkatan capaian pembelajarannya,” lanjutnya.

Bagi pondok pesantren yang ingin mendapatkan buku Panduan SLP ini dapat mengisi formulir yang dapat diunduh dari link: tinyurl.com/pendaftaranmodulslp

Selain itu, sejalan dengan kampanye Kementerian Kesehatan RI, mengenai pentingnya diet garam, gula, dan lemak, melalui kampanye Bijak Garam diedukasi ke masyarakat tentang pentingnya diet rendah garam.

Darma Suhandi, Product Marketing Manager Horeka Dept PT Ajinomoto Indonesia mengatakan, MSG (monosodium glutamate)  mengandung lebih sedikit kadar natrium daripada garam dapur pada umum nya.

 

 

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved