Sejarah Jakarta
Sejarah Jakarta: Kisah Pieter Erberveld yang jadi Asal Usul Nama Kampung Pecah Kulit
Sejarah Jakarta: Titik di Jakarta Ini Ternyata Tempat Tengkorak Manusia Terpajang Selama 2 Abad
Penulis: Desy Selviany | Editor: Lilis Setyaningsih
Erbervelt mengaku telah dibujuk oleh Kartadriya dan seorang Raja Bali untuk melakukan Makar.
Baca juga: Sejarah Jakarta, Benahi Transportasi di Jakarta, Gubernur Ali Sadikin Sampai Susupkan Mata-mata
Dari pengusutan tersebut, Hindia Belanda menghukum mati 19 orang.
Bukan sekedar hukuman mati biasa, penyiksaan dilakukan kepada para terdakwa tersebut baik saat masih hidup ataupun sudah mati.
Disebutkan Pieter Erbervelt disiksa dengan punggung diikat pada sebuah salib, tangan kanan dibacok sampai putus, lengan dijepit, daging kaki dan dada dicungkil keluar.
Bahkan tubuh Pieter Erbervelt dibelah dari bawah ke atas.
Jantungnya juga dikeluarkan dan dilemparkan ke wajah mereka.
Kemudian kepala para terdakwa dipotong dan ditancapkan pada sebuah tonggak di sebuah tempat di luar kota.
Baca juga: Sejarah Jakarta, Penggunaan Karcis di Bus Sempat Mengurangi Aksi Copet
Dikabarkan, tengkorak Pieter Erberveld dipajang di Jalan Pangeran Jayakarta atau bernama Jacatraweg di zaman Hindia Belanda.
Di atas sebuah dinding di jalan itu terpancang sebuah tengkorak batu yang ditusuk tombak.
Sebagai bentuk ancaman kepada masyarakat yang hendak melakukan Makar, di tengkorak itu juga disematkan sebuah pesan berbahasa Belanda dan Jawa.
Yang artinya dalam pesan tersebut ialah larangan selama-lamanya untuk mendirikan bangunan dan atau menanam tumbuh-tumbuhan di tempat itu.
Momen itu sebagai bentuk ancaman Hindia Belanda bagi siapa saja yang melakukan pengkhianatan.
Kisah Pieter Erbervelt hidup selama dua abad lamanya di kalangan penduduk Jakarta sampai berakhirnya kekuasaan Belanda di bumi pertiwi.
Kemudian tempat batu tengkorak itu terpajang dinamakan Pecah Kulit.