Pemilu 2024
Pengamat Ingatkan Podusen Hoaks akan Laku Keras Jelang Pemilu, Masyarakat harus Jeli Liat Informasi
Pengamat Pemilu Wahidah Suaib ingatkan menjelang Pemilu 2024 produsen konten hoaks akan laku keras, masyarakat harus jeli melihat informasi di Sosmed
Penulis: M. Rifqi Ibnumasy | Editor: Lilis Setyaningsih
TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA -- Menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) serentak 2024 mendatang, bertebaran konten-konten sosial media (sosmed) dengan bahasan politik.
Untuk itu, pengamat Pemilu Wahidah Suaib mengingatkan masyarakat agar jeli memilih informasi yang beredar di sosmed.
Mantan Komisioner Bawaslu itu menganggap, produsen hoaks menjelang Pemilu 2024 akan laku keras untuk mengangkat atau menjatuhkan calon tertentu.
"Ledakan hoaks itu kan luar biasa, produsen-produsen hoaks kan luar biasa, sangat laku dalam pemilu," kata Wahidah di Kelapa Gading, Kamis (7/10/2022).
"Saya rasa itu sudah rahasia umum ya, jangankan di dunia pemilu, di dunia keartisan aja kan produsen hoaks luar biasa," sambungnya.
Wahidah menilai, banyaknya produsen hoaks pada gelaran Pemilu dilatarbelakangi faktor kepentingan politik.
Produksi hoaks dipilih sebagai jalan pintas para politikus untuk merebut simpati masyarakat atau menjatuhkan elektabilitas lawan-lawannya.
"Politik ini kan pertarungan menggapai sesuatu. Entah kenapa saya lihat pemilu di berbagai negara memang di samping kemudian bertarung secara fair, bertarung dengan menguatkan diri melemahkan lawan itu sama saja seolah menjadi sebuah jalan ninja gitu," kata Wahidah.
"Ngapain saya buang uang, saya mencari produser hoaks nih untuk menghantam si A, si B, si C. Kan kayak gitu-gitu," sambungnya lagi.
Baca juga: Kota dan Kabupaten Tangerang Butuh Ratusan Petugas Pengawas Pemilu 2024
Baca juga: Pilar Saga Ichsan Berharap Tak Ada Politik Identitas dalam Pemilu 2024
Selain faktor kepentingan politik, beredarnya konten-konten hoaks menjelang Pemilu tersebut juga dilatarbelakangi oleh faktor ekonomi.
Menurut Wahidah, banyak produsen hoaks memanfaatkan momen Pemilu tersebut sebagai lahan untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya.
"Viewers tinggi, subscribers tinggi kan juga bicara income ya, bicara pendapatan. Pokoknya menjelang pemilu itu orang akan dituntut jadi "malaikat", "dosa"-nya akan dikeluarkan. Itu lah yang produser hoaks itu yang nanti akan berperan. Jadi seakan secara keuntungan politiknya dapat, keuntungan ekonominya dapat," ungkapnya.
Peringatan Wahidah mengenai konten-konten hoaks tersebut bukan tanpa sebab, ia juga mengungkap situasi Pemilu 2019 lalu yang penuh dengan maki-makian "Cebong, Kampret".
"Tahun 2019 kan dunia kita hanya berkutat antara Cebong dan Kampret," jelasnya.
Atas situasi tersebut, Wahidah menyarankan kepada KPU dan Kominfo agar menghalau konten-konten hoaks yang beredar di sosmed.
"Saya mengapresiasi kerja sama Bawaslu dengan Kemenkominfo yang kemudian pada pemilu yang lalu sudah berhasil misalnya melakukan take down sejumlah akun-akun yang ternyata menjadi produsen hoaks-hoaks pemilu. Itu penting dikuatkan dan ditingkatkan lagi, kalo bisa KPU menjadi bagian daripada itu," pungkasnya. (m38)