Kader Demokrat Marah karena Dibohongi, Bukan Karena AHY Batal Jadi Cawapres Anies

Ketua Umum Partai Demokrat AHY menyatakan bahwa kader marah bukan karena dirinya batal menjadi cawapres.

Penulis: Alfian Firmansyah | Editor: Ign Prayoga
Tribun Tangerang/Miftahul Munir
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) 

TRIBUNTANGERANG, JAKARTA - Partai Demokrat meradang atas keputusan Partai Nasdem menunjuk Muhaimin Iskandar atau Cak Imin sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Sempat berharap Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ditunjuk menjadi cawapres, Demokrat akhirnya harus menerima kenyataan Anies akhirnya berpasangan dengan Cak Imin.

Keputusan menunjuk Cak Imin sebagai pendamping Anies Baswedan membuat Demokrat kecewa. Kader Demokrat pun menurunkan baliho-baliho Anies Baswedan.

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengaku merasakan kemarahan para kader usai keputusan sepihak dari NasDem menduetkan Anies Baswedan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Namun, AHY menyatakan bahwa kader marah bukan karena ketumnya batal menjadi cawapres.

Melainkan karena mereka telah dilukai dengan ketidakjujuran dan pelanggaran komitmen.

"Marah dan kecewa bukan karena Ketumnya tidak menjadi cawapres, tapi karena perjuangan Demokrat telah dilukai oleh mereka yang tidak jujur serta melanggar komitmen dan kesepakatan. Bagi Demokrat ini sesuatu yang fundamental," ujar AHY.

AHY juga mengatakan, jika etika dan integritas menuju 2024 saat ini seolah tidak penting dan relevan mencapai tujuan.

Dengan demikian, AHY yakin kalau perubahan harus benar-benar dilakukan.

"Demokrasi yang sejati hanya bisa terawat dan tetap eksis jika hal mendasar tadi tetap dipertahankan," ujar AHY.

Selain itu, AHY pun mengenang perjalanan saat menempuh pendidikan di Tentara Negara Indonesia (TNI).

Kemudian, AHY menyampaikan, nilai dan etika perwira terus dipegang teguh.

"Dalam kondisi perang saja kami diwajibkan ketika itu untuk memaklumi etika dan tirani. Sehingga perang bukan soal kill or to be kill, bukan hanya seolah tentang menang atau kalah, tapi juga soal cara untuk bisa memenangkan peperangan tersebut," tutur AHY.

"Begitu juga berpolitik, saya rasa rakyat Indonesia sepakat untuk berpolitik secara beretika," imbuhnya.

Diselamatkan Tuhan

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved