Cerita Hasbi yang Berjuang 2 Tahun Demi Lolos Program G to G di Jerman Bergaji Rp 40 Juta Sebulan

Sebanyak 12 orang Pekerja Migran Indonesia (PMI) diberangkatkan menuju Jerman oleh Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI).

Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Joko Supriyanto
TribunTangerang.com
Cerita Hasbi salah seorang tenaga perawat yang turut dikirimkan ke Jerman yang Berjuang 2 Tahun Demi Lolos Program G to G di Jerman Bergaji Rp 40 Juta Sebulan 

Laporan Wartawan,
TRIBUNTANGERANG.COM, Gilbert Sem Sandro

TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG - Sebanyak 12 orang Pekerja Migran Indonesia (PMI) diberangkatkan menuju Jerman oleh Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Senin (11/9/2023) hari ini.

Belasan PMI tersebut diberangkatkan menuju Jerman untuk menjadi tenaga kesehatan melalui skema penempatan Government to Government (G to G).

Salah seorang tenaga perawat yang turut dikirimkan ke Jerman, Hasbi mengatakan, lokasi tujuan penempatan dirinya adalah salah satu rumah sakit lansia yang ada di Kota Augsburg.

"Saya pribadi akan ditempatkan di kota Ausburg, Jerman, nantinya saya akan bekerja di tempat untuk orang tua, mungkin kalau di Indonesia lebih dikenal sebagai panti jompo," ujar Hasbi saat diwawancarai TribunTangerang.com.

Baca juga: BP2MI Berangkatkan 12 Pekerja Migran Indonesia ke Jerman Sebagai Perawat

Lebih lanjut Hasbi menjelaskan, dirinya telah melakukan persiapan selama dua tahun untuk mendapat kesempatan bekerja sebagai tenaga kesehatan di Jerman tersebut.

Oleh karena itu, sejak Tahun 2021 lalu ia telah masuk ke Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) BP2MI untuk meningkatkan seluruh kemampuan secara teori, praktik, hingga bahasa.

"Sebenernya program ini sudah saya jalani hampir 2 tahun, karena persiapannya itu sangat panjang sekali, apalagi penggunaan Bahasa Jerman, sangat memakan waktu untuk dapat menguasainya," kata dia.

Hasbi mengaku, sempat mengalami kesulitan saat melakukan penyesuaian kompetensi tenaga kesehatan Indonesia dengan di Jerman.

Baca juga: BP2MI Berangkatkan 13 Tenaga Kesehatan ke Jerman dalam Program G to G

Bahkan, dirinya sempat merasa stres dan jenuh menghadapi ujian hingga berkali-kali untuk dapat memenuhi standar atau kompetensi yang telah ditentukan.

"Selama menjalani pelatihan, saya sempat mengalami stres karena merasa jenuh menjalani ujian berkali-kali sampai bisa lulus, bahkan sampai terpikirkan rasa capek," tuturnya.

"Tapi Alhamdulillah keluarga dan teman-teman saya selalu menyemangati dan memberi motivasi, sehingga saya bisa sampai di titik akhir mengikuti program G to G ini," ungkapnya.

Menurut Hasbi, dirinya akan menjalani kontrak menjadu tenaga kesehatan di negara industri tersebut dengan jangka waktu tiga tahun kontrak bekerja.

Baca juga: BP2MI Berangkatkan 4 Pekerja Migran Indonesia Sebagai Perawat di Jerman

Selama bekerja di Jerman sebagai tenaga kesehatan, pria asal Garut, Jawa Barat tersebut akan mendapatkan penghasilan sekira Rp 40 juta setiap bulan.

"Perjanjian kerja saya di Jerman ini selama tiga tahun dengan pendapatan 2.300 Ruro atau lebih dari Rp 30 juta per bulan," ucapnya.

"Kalau untuk lokasi penempatan itu tergantung kita saat wawancara, jadi kalau pemberi kerjanya cocok dengan kita, ya berarti kita bisa diterima bekerja disitu," jelas Hasbi. (m28)

 

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved