Perang Palestina Israel
Serangan Israel di Jalur Gaza Tewaskan 232 Warga Palestina, Ribuan Orang Terluka
Sebanyak 232 warga Palestina dilaporkan meninggal akibat serangan udara Israel di Gaza pada Sabtu (7/10/2023).
Penulis: Dian Anditya Mutiara | Editor: Ign Prayoga
TRIBUNTANGERANG.COM - Perang antara Israel dan Palestina berkecamuk di jalur Gaza.
Kementerian Kesehatan Palestina mengumumkan sebanyak 232 warga Palestina dilaporkan meninggal akibat serangan udara Israel di Gaza pada Sabtu (7/10/2023).
Sedangkan sekitar 1.700 orang lainnya terluka.
Perang berkecamuk setelah Israel melancarkan "Operasi Pedang Besi" sebagai reaksi atas "Operasi Badai Al-Aqsa" yang dilakukan Hamas.
Juru bicara militer Israel mengakui pihaknya telah menyerang sasaran di Gaza dari udara.
Sementara itu, AFP melaporkan, jet tempur Israel menyerang tiga gedung bertingkat di Gaza pada Sabtu (7/10/2023) siang.
Serangan itu mengirimkan debu ke langit ketika menara yang masing-masing memiliki lebih dari 10 lantai runtuh.
"Organisasi teroris Hamas dengan sengaja menempatkan aset militernya di jantung penduduk sipil di Jalur Gaza," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan yang mengkonfirmasi serangan tersebut.
"Sebelum serangan, IDF (Pasukan Pertahanan Israel) memberikan peringatan dini kepada para penghuninya dan meminta mereka untuk mengungsi," imbuhnya.
Korban di Pihak Israel
Berdasarkan sumber resmi yang dikutip BBC, setidaknya 40 warga Israel telah tewas dan 740 orang lainnya terluka sejauh ini akibat serangan Hamas ke Israel pada Sabtu (7/10/2023).
Bahkan ribuan anak-anak israel terancam meninggal dunia atau setidaknya menjadi korban luka dalam serangan tersebut.
"Hingga pukul 13.00 (waktu setempat), tim Magen David Adom telah merawat ratusan korban lainnya, dan sebagian besar dalam kondisi sekarat," kata layanan darurat Israel, dikutip dari Sky News.
Kementerian Kesehatan Israel juga memberikan angka resmi mengenai 545 orang yang terluka akibat serangan di akhir pekan itu.
Sebelumnya, Hamas menyatakan lebih dari 5.000 roket telah ditembakkan melintasi perbatasan sebelum para pejuangnya merangsek masuk ke Israel.
Serangan Hamas ini dinilai sebagai penghinaan bagi intelijen Israel, Mossad, yang dikenal sebagai organisasi intelijen legendaris.
Di sisi lain, hal ini membuktikan kekejaman Hamas dalam menghabisi umat manusia bila diberi celah, kata seorang analis perang dikutip dari BBC.
Seperti dilaporkan, Israel diguncang oleh gelombang serangan pejuang Hamas yang dilaporkan bernama Operation Al-Aqsa Strom atau Operasi Badai Al-Aqsa dengan menembakkan ribuan roket ke wilayah Israel.
Tak cuma menembakkan roket, pejuang Hamas juga dilaporkan menyusup ke wilayah Israel. Para pejuang Hamas yang memanggul persenjataan kemudian menguasai jalanan.
Para pengamat menilai, aksi tidak terduga Hamas ini merupakan buah kegagalan Israel dalam mengantisipasi serangan tersebut.
Analis menilai, serangan terkoordinasi Hamas dari darat, laut, dan udara kemungkinan besar memerlukan perencanaan rumit selama berbulan-bulan.
Perencanaan rumit dari serangan ini lah yang dianggap sebagai penghinaan bagi badan intelijen Intelijen Israel yang terkenal canggih.
"Seluruh Israel bertanya pada dirinya sendiri: Dimana IDF? Di mana polisi? Di mana keamanannya?” kata Eli Maron, mantan kepala Angkatan Laut Israel, kepada saluran berita Channel 12, dilansir The Times of Israel.
“Ini adalah kegagalan yang sangat besar; hirarki telah gagal, dengan konsekuensi yang sangat besar," katanya.
Menurut koresponden bidang keamanan BBC, Frank Gardner, Israel terkenal memiliki salah satu jaringan intelijen paling canggih di Timur Tengah, Mossad.
Jaringan intelijen Mossad disebutkan terdiri dari beberapa lembaga dan informasi penting yang tertanam dalam kelompok militan di seluruh wilayah tersebut.
Dia mengatakan bahwa kemampuan Hamas untuk melakukan serangan terkoordinasi ini tampaknya dilakukan dengan sangat rahasia" menunjukkan bahwa Israel "tertidur di belakang kemudi".
Gardner menambahkan, pejabat pemerintah Israel mengatakan bahwa penyelidikan besar-besaran sedang dilakukan mengenai bagaimana intelijen Israel gagal mengantisipasi serangan tersebut.
Beberapa pejabat mengatakan bahwa penyelidikan tersebut dapat memakan waktu bertahun-tahun.
Wartawan BBC yang juga koresponden diplomatik, Paul Adams, menggambarkan hal ini sebagai kegagalan intelijen terburuk sejak perang Yom Kippur tahun 1973, ketika Mesir dan Suriah melancarkan serangan mendadak terkoordinasi terhadap Israel.
John Sparks, koresponden internasional Sky News, mengatakan gelombang serangan ini akan "membingungkan" Israel, karena skala serangan dan tingkat organisasi taktis yang dapat dilakukan oleh para pejuang Palestina.
“Ada gambar-gambar di media sosial yang memperlihatkan orang-orang bersenjata lengkap di belakang truk pickup, misalnya, yang beroperasi di wilayah Israel. Hal ini akan sangat membuat bingung pihak berwenang di Israel,” katanya.
Respon Benjamin Netanyahu Terkait Tewasnya Pimpinan Hamas Yahya Sinwar: Ini Bukan Akhir Perang Gaza |
![]() |
---|
Hamas Dikabarkan Kalah, 50.000 Warga Gaza Mengungsi, Kibarkan Kain Putih dan Jalan Kaki ke Selatan |
![]() |
---|
Rumahnya Dibom Tentara Israel, Dokter Palestina Lulusan UNS Solo Tewas |
![]() |
---|
Ditengah Ancaman Diboikot, Grab Kirim Dana Kemanusian Rp 3.5 Miliar ke Gaza |
![]() |
---|
Kemenlu RI Ungkap Sulit Evakuasi WNI di Gaza Hanya Ada Satu Pintu Keluar Pemeriksaan Berlapis-lapis |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.