Pagar Laut di Tangerang

KKP Mulai Bongkar Pagar Laut Tersisa di Kohod, Satu Unit Ekskavator Dikerahkan

Jam 1 siang alat baru turun, (pembongkaran pagar laut) kurang lebih 100 meter

Penulis: Nurmahadi | Editor: Joseph Wesly
TribunTangerang/Nurmahadi
PEMBONGKARAN PAGAR LAUT- Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI mulai melakukan pembongkaran pagar laut yang masih tersisa di laut Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Rabu (16/4/2025). KKP mengerahkan satu ekskavator untuk mencabut pagar laut tersebut. (Tribuntangerang.com/Nurmahadi)  
Laporan Reporter Tribuntangerang.com, Nurmahadi
TRIBUNTANGERANG.COM, PAKUHAJI- Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI mulai melakukan pembongkaran pagar laut yang masih tersisa di laut Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Rabu (16/4/2025). 
Satu unit ekskavator berwarna oranye tampak dikerahkan untuk mencungkil bilah bambu yang menancap di bawah permukaan laut. 
Batang bambu yang dijadikan pagar laut tersebut tampak besar, dengan diameter sekira 10 sentimeter. 
Cerucuk bambu yang sudah dicabut itu tampak dikumpulkan, dan dibawa para nelayan ke tepi laut. 
Puluhan nelayan Alar Jiban, Desa Kohod bersama petugas dari PSDKP tampak dikerahkan. 
Menurut Direktur Pengawasan Sumber Daya Kelautan KKP, Sumono Darwinto, pihaknya baru menurunkan alat berat sekira pukul 13.00 WIB siang. 
Hingga sore tadi kata Sumono, pihaknya telah menyelesaikan pembongkaran pagar laut kurang lebih sepanjang 100 meter. 
"Jam 1 siang alat baru turun, (pembongkaran pagar laut) kurang lebih 100 meter," kata dia saat dikonfirmasi. 
Sementara itu, berdasarkan pantauan di lokasi, satu unit kapal pengawasan perikanan dan dua kapal boat dari Direktorat Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) KKP, tampak sudah bersiaga di sekitar kavling pagar laut sebelum pembongkaran dimulai. 
Salah satu nelayan Alar Jiban, Desa Kohod, Marto meminta pihak KKP untuk segera merampungkan pembongkaran pagar laut yang masih tersisa. 
"Ya saya ucapkan terima kasih juga yang mana mereka sudah respon. Memang keinginan kami pagar laut itu harus dicabut dengan tuntas. Artinya aktivitas nelayan kami juga tidak ragu untuk menebar jaring dan sebagainya ya," kata Marto saat diwawancarai di lokasi. 
"Oh iya, betul. Karena patok bambu ini memang ditancapnya melalui eskavator, maka pencabutannya pun memang harus pakai alat berat lagi. Ya, tadi saya info-nya hari ini, cuma enggak tahu ini tadi sempat ke sana ngecek, itu belum dimulai," tambahnya. 
Marto mengaku, pagar laut yang belum dibongkar itu masih menyulitkan dirinya saat akan mencari ikan di laut. 
Terlebih, pantahan bambu yang tersembunyi di dalam air kerap merusak jaring dan baling-baling kapal. 
"Justru bambu yang patah itu karena tidak terlihat ketika kapal kami melintas di situ. Secara tidak langsung, kekhawatiran kami bisa terkena baling-baling, kemudian juga saat penebaran jaring juga tidak tahu karena ada patok-patok itu bisa merusak alat tangkap kami," paparnya. (m41)

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved