TPS3R Ciputat Banjir Sampah dan Air Hitam, Warga: Bau dan Belatung Masuk Rumah

Saat menapakkan kaki di kawasan Pasar Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, aroma tak sedap langsung menyergap indera penciuman. 

|
TribunTangerang.com - Wartakota Network/Ikhwana Mutuah Mico
SAMPAH - Suasana area Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R) , Pasar Cantik Ciputat yang sudah menggunung dan meresahkan masyarakat,(TribunTangerang.com - Wartakota Network/Ikhwana Mutuah Mico). 

Laporan Wartawan TribunTangerang.com, Ikhwana Mutuah Mico

TRIBUNTANGERANG.COM, CIPUTAT - Saat menapakkan kaki di kawasan Pasar Ciputat, Kota Tangerang Selatan, Banten, aroma tak sedap langsung menyergap indera penciuman. 

Semakin mendekat ke area Tempat Pengolahan Sampah Reduce-Reuse-Recycle (TPS 3R), Pasar Cantik Ciputat bau menyengat kian menjadi, menusuk hingga ke tenggorokan.

Di tengah kepungan sampah, sebuah traktor kuning tampak bergulat dengan waktu, mengeruk tumpukan limbah yang menjulang setinggi pohon bahkan menyamai tinggi ruko dua lantai yang berdiri di sampingnya.

Nampak pula belatung menggeliat di jalanan, menjalar tanpa arah, menyusup hingga ke sela-sela pemukiman warga yang letaknya tak jauh dari tumpukan itu.

Pemandangan itu bukan hal baru bagi mereka. Tiap hari, warga hidup berdampingan dengan bau busuk, genangan air hitam pekat, dan ancaman penyakit yang mengintai diam-diam.

Baca juga: Malu Truk Sampah Sudah Tak Layak Jalan, Pilar Saga Mau Beli atau Sewa Armada Baru untuk DLH Tangsel

Setelah dua tahun menunggu tanpa kepastian, warga menyuarakan kekecewaan mereka terhadap lambannya respon pemerintah.

Sulistyowati (45) seorang pedagang warung sembako yang sudah berjualan selama dua dekade di lokasi itu, tak mampu lagi menyembunyikan rasa frustrasinya.

"Udah dua tahun ini nggak ada solusi. Baru kemarin ini diangkut, itu juga karena viral. Kalau nggak diviralin, ya nggak diangkat-angkat," kata Sulistyowati kepada TribunTangerang.com, Ciputat, Tangsel, Selasa (13/5/2025)

Kegeraman Sulistyowati bahkan sempat memunculkan wacana ekstrem.

"Kadang saya suka ngomong sama warga, 'yuk bawa satu truk sampah, taruh aja di depan kantor Wali Kota, biar mereka ngerasain baunya'," ujar Sulistyowati berseloroh.

Baca juga: Sampah Bakal Disulap Jadi Listrik di Tangsel, Benyamin Davnie: Hari Ini Bersejarah

Sindiran terhadap janji-janji pemerintah pun mengemuka. Sulistyowati mengatakan berbagai laporan yang disampaikan melalui RT, RW, hingga perwakilan dewan, warga hanya mendapat jawaban tak pasti

"Sabar ya, Bu. Ini lagi diajuin. Katanya lagi diajuin… Tapi udah dua tahun nunggunya,” ujar pemilik warung sembako itu.

Bagi warga, bau busuk dan belatung bukan lagi sekadar gangguan, tapi simbol dari sistem pelayanan publik yang dianggap mati rasa. 

Ketika keluhan langsung tidak digubris, media sosial akhirnya menjadi satu-satunya alat perlawanan yang efektif.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved