Habib Soleh lahir sekira 1958 dan kebakaran besar terjadi pada tahun 1959 tepatnya hari Sabtu 24 Agustus.
Namun, ia tak mengerti secara pasti penyebab kebakaran yang terjadi sana karena ia masih di bawah umur belum mengerti apa-apa.
"Terakhir, beberapa bulan lalu ya, kebakaran di belakang sana, tapi enggak sebesar sewaktu saya kecil," tuturnya.
PenggusuranÂ
Pada tahun 2012 silam, isu penggusuran Kampung Pulo sudah didengar oleh warga dan beberala kali pejabat pemerintah datang ke sana.
Termasuk Presiden Jokowi yang sempat bedialog dengan warga ketika menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Dalam pertemuan dengan warga, Joko Widodo sempat menawarkan revitalisasi atau melakukan pembangunan rumah tanpa ada penggusuran.
Warga diberi tiga opsi oleh orang nomor satu di Indonesia saat ini yaitu berupa rumah deret, rumah paggung atau rumah susun.
Baca juga: Kampung Tangguh Jaya Antinarkoba Pertama di Pondok Maharta di Kota Tangerang Selatan
"Ngobrol di sini sama warga pak Jokowi, bahkan beliau salat di masjid dekat sini samping rumah," ungkap lelaki keturuna Arab.
Warga sekitar juga menanyakan soal ganti rugi apabila rumah di sana diganti oleh salah satu opsi yang diberikan.
Jokowi dengan tegas menyatakan, akan memberikan ganti untung, karena dia tidak mau ada warga yang rugi akibat kebijakan dari Pemprov DKI.
Banyak warga yanga akhirnya mengurus Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bahkan ada yang sampai menggadaikan sepeda motor untuk dapat ganti untung.
Baca juga: Tersembunyi di Tanah Abang, Pasar Kampung Bali Jual kemeja Christian Dior Bekas Rp5.000
Sayangnya, tahun 2014, Joko Widodo maju di pemilihan Presiden RI dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok naik sebagai Gubernur.
"Akhirnya enggak ada lagi tuh ke sini, pak Ahok enggak pernah datang, jadinya warga cuma dapat janjinya saja," tururnya.
Sampai pada waktu penggusuran, warga tak mendapatkan apa-apa termasuk Habib Soleh yang harus kehilangan sejumlah tanah warisan dari orangtuanya.