Mahfud MD Nilai Tak Ada Meritokrasi di Polri, Sulit Dapat Jabatan bila Tak Mampu 'Membayar'

Untuk itu Mahfud MD menyatakan komitmennya untuk mendukung agenda reformasi kepolisian yang digagas

Editor: Joseph Wesly
(KOMPAS.com / IRFAN KAMIL)
GABUNG KOMITE REFORMASI KEPOLISIAN- Mahfud MD mengatakan tidak ada meritokrasi di tubuh Polri. Dia juga mengatakan polisi beritegritas sulit naik jabatan bila tidak 'membayar'. Untuk itu Mahfud MD menyatakan komitmennya untuk mendukung agenda reformasi kepolisian yang digagas Presiden terpilih Prabowo Subianto. (KOMPAS.com / IRFAN KAMIL) 

TRIBUNTANGERANG.COM, JAKARTA- Mahfud MD mengatakan tidak ada meritokrasi di tubuh Polri. Dia juga mengatakan polisi beritegritas sulit naik jabatan bila tidak 'membayar'

Untuk itu Mahfud MD menyatakan komitmennya untuk mendukung agenda reformasi kepolisian yang digagas Presiden terpilih Prabowo Subianto. 

Ia menyampaikan kesediaannya untuk bergabung dalam Komite Reformasi Kepolisian saat menerima kunjungan Sekretaris Kabinet, Teddy Indra Wijaya, pada Selasa (16/9/2025).

Dalam pernyataannya di kanal YouTube Mahfud MD Official pada Senin (22/9/2025), Mahfud menegaskan bahwa dirinya sepenuhnya mendukung langkah reformasi yang akan dilakukan Prabowo dan bersedia berperan aktif dalam tim reformasi Polri.

"Saya menyatakan setuju dan siap membantu rencana reformasi yang diusung Pak Prabowo. Ini bagian dari kontribusi saya untuk negara," ucap Mahfud.

Meski demikian, Mahfud enggan membicarakan kemungkinan jabatan yang akan diembannya dalam komite tersebut.

"Soal posisi, nanti saja. Tapi saya punya sejumlah catatan penting kalau ingin reformasi Polri dilakukan secara serius," ujarnya.

Soroti Masalah Budaya dan Meritokrasi di Polri

Dalam pandangannya, Mahfud menilai bahwa tantangan utama dalam institusi kepolisian bukan terletak pada struktur atau aturan, melainkan pada budaya organisasi. 

Ia menyebut bahwa secara struktural Polri sudah berdiri sendiri terpisah dari TNI dan telah diatur dengan baik dalam undang-undang. Dari sisi regulasi, Mahfud juga menganggap sudah banyak aturan yang memadai.

"Namun problem utamanya adalah kultur. Polisi kini kehilangan semangat pengabdian, dan inilah yang menjadi akar persoalan," jelasnya.

Mahfud menegaskan bahwa budaya kerja yang buruk telah menciptakan kesan negatif di mata publik, seperti adanya praktik pemerasan, backing terhadap pelanggaran, dan absennya sistem meritokrasi.

"Yang jadi persoalan besar adalah budaya. Polisi dianggap kerap memeras, memberi perlindungan yang salah, dan yang paling mengkhawatirkan adalah tidak adanya meritokrasi," kata Mahfud.

Ia menambahkan bahwa dalam kondisi seperti itu, individu yang memiliki integritas sulit berkembang jika tidak memiliki kedekatan dengan pimpinan atau tidak mampu ‘membayar’ demi jabatan.

"Orang-orang yang baik sulit naik, karena siapa yang dapat posisi biasanya yang dekat dengan atasan atau yang mau bayar. Ini yang harus dibenahi," tandasnya.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved