Mengenang Kecelakaan Pesawat Lion Air JT610 yang Jatuh di Perairan Karawang, 189 Orang Meninggal

Pesawat kala itu dipiloti oleh Captain Bhavye Suneja sebagai pilot in command (PIC) dan Harvino sebagai kopilot

Editor: Joseph Wesly
(freepik)
MENGENANG PESAWAT JATUH- Ilustrasi pesawat jatuh di Karawang. Pesawat jatuh di Karawang. Hari ini mengenang tujuh tahun jatuhnya Pesawat Lion Air JT610 di Perairan Karawang, 189 Orang Meninggal dunia. (freepik) 

Hingga malam hari, sebanyak 14 kapal telah diterjunkan dan sembilan kantong jenazah berhasil dievakuasi dari lokasi. Pada hari kedua, jumlah kapal meningkat menjadi 35 unit dan area pencarian diperluas hingga 10 mil laut, namun badan utama pesawat belum ditemukan.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) kemudian melakukan investigasi menyeluruh terhadap kecelakaan Lion Air JT610.

Dalam laporan yang dirilis pada 27 Oktober 2019, KNKT menyebut terdapat sembilan faktor yang saling berkontribusi terhadap jatuhnya pesawat. Salah satunya disebabkan oleh gangguan pada sistem otomatis MCAS (Maneuvering Characteristics Augmentation System) yang memicu pergerakan hidung pesawat ke bawah tanpa kendali pilot.

KNKT juga menjelaskan bahwa pesawat Boeing 737 MAX 8 dengan registrasi PK-LQP tidak dilengkapi indikator “angle of attack disagree” dikutip dari Kompas.com

Ketidakhadiran fitur tersebut menyebabkan perbedaan data sudut serang antara sisi kiri dan kanan tidak terdeteksi oleh pilot maupun teknisi, sehingga kerusakan sensor tidak dapat diidentifikasi sebelum penerbangan berlangsung.

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Kompas.com
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved