Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Pengamat Minta Komunikasi Publik yang Empatik dan Terkoordinasi Pasca Ledakan di SMAN 72 Jakarta

Al Chaidar menilai indikasi awal peristiwa ini lebih mengarah konflik internal di lingkungan sekolah yang termanifestasi

Penulis: Ikhwana Mutuah Mico | Editor: Joseph Wesly
(Tangkapan layar/istimewa)
KONFLIK INTERNAL- Senjata yang diduga milik terduga pelaku peledakan bom di SMAN 72 Jakarta, Jumat (7/11/2025). Al Chaidar menilai indikasi awal peristiwa ini lebih mengarah konflik internal di lingkungan sekolah yang termanifestasi. (Tangkapan layar/istimewa) 

“Informasi yang sensitif harus disampaikan dengan empati dan kehati-hatian agar tidak memperburuk trauma,” tegasnya.

Al Chaidar menyarankan agar pihak sekolah, aparat, dan media menyampaikan informasi secara terkoordinasi dan bertahap, dengan menekankan aspek keselamatan, dukungan psikologis, dan proses pemulihan. 

Baca juga: Ledakan di SMA 72 Jakarta, Harits Abu Ulya: Jangan Sensasional, Jadi Alarm Moral Dunia Pendidikan

Ia menilai pentingnya melibatkan orang tua dan komunitas lokal dalam proses komunikasi agar tumbuh rasa memiliki dan tanggung jawab bersama.

"Jangan menyembunyikan fakta, tetapi sampaikan secara bertahap dan terarah, dengan pendampingan profesional,” ujarnya.

Selain itu, Al Chaidar memperingatkan adanya kemungkinan kelompok tertentu yang mencoba memanfaatkan insiden ini untuk menyebarkan narasi kebencian atau agenda politik.

“Kelompok ekstremis, oportunis politik, atau aktor digital bisa memanfaatkan kejadian ini untuk menggiring opini publik, menuntut kebijakan represif, atau meningkatkan eksposur kelompok mereka,” jelasnya. 

“Terutama jika pelaku dikaitkan dengan agama atau ideologi tertentu," sambungnya.

Ia menambahkan, pemantauan narasi daring perlu diperkuat untuk mendeteksi potensi provokasi lanjutan atau imitasi tindakan kekerasan.

"Komunikasi publik bukan sekadar pelaporan, tetapi bagian dari strategi pemulihan dan pencegahan. Narasi yang bijak, empatik, dan terkoordinasi akan membantu masyarakat memahami, merespons, dan bangkit dari kejadian traumatis tanpa memperkuat motif pelaku atau membuka ruang manipulasi oleh pihak lain,” tutupnya. (m30)

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved