Dedi Mulyadi Lontarkan Pengakuan Mengejutkan Soal Rizki Nur Fadilah, Sebut Bukan Korban TPPO
Dedi Mulyadi melontarkan pernyataan mengejutkan. Dia menjelaskan Rizki Nur Fadhilah bukanlah korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Ringkasan Berita:
- Setelah mengaku dipaksa bekerja sebagai scammer dan mengalami perlakuan tidak manusiawi, Rizki Nur Fadhilah berhasil diamankan dan kini berada di KBRI Phnom Penh.
- Dedi Mulyadi menyatakan Rizki bukan korban TPPO. Ia menyebut Rizki justru bekerja secara sukarela dan diduga ingin pulang karena tidak betah.
- KDM menegaskan bekerja di luar negeri membutuhkan mental kuat agar tidak menyulitkan keluarga maupun pemerintah. Pemprov Jabar sedang menyiapkan proses pemulangan Rizki ke Bandung.
TRIBUNTANGERANG.COM, BANDUNG- Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi melontarkan pernyataan mengejutkan soal Rizki Nur Fadhilah (18).
Rizki Nur Fadhilah sebelumnya ramai dibicarakan publik karena mengaku menjadi korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Dia mengaku dipaksa menipu (scammer) orang kaya di tempat kerjanya di Kamboja. Bila tidak mampu mencapai targert, dia mengaku akan mendapatkan penyiksaan.
Selain itu, Rizki juga mengaku disuruh kerja dari pagi hingga malam hari. Bahkan dia terkadang juga harus bekerja saat malam tiba.
Hal itu membuatnya diam-diam menghubungi keluarganya dan minta dipulangkan karena mendapatkan perlakuan tidak manusiawi.
Hal itu membuat pemeritah Indonesia dan Pemprov Jabar bekerja cepat demi mengamakan kiper muda asal Jawa Barat tersebut.
Terbaru, Rizki Nur Fadhilah pada hari ini, Kamis (20/11/2025) sudah berada di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh, Kamboja.
Sebut Bukan Korban TPPO
Pasca sudah diamankan di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Phnom Penh, Kamboja, Dedi Mulyadi melontarkan pernyataan mengejutkan.
Dia menjelaskan Rizki Nur Fadhilah bukanlah korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).
Padahal sebelumnya Rizki Nur Fadhilah menuai sorotan karena disebut sebagai korban TPPO yang terjebak di Kamboja.
Namun pernyataan Rizki dibantah Dedi Mulyadi. Pria yang akrab disapa KDM itu mengatakan Rizki bukanlah orang yang menjadi korban TPPO.
Dia mengatakan Rizki Nur Fadhilah secara sukarela bekerja di sebuah perusahaan luar negeri.
"Saya sampaikan, Rizki bukan korban TPPO atau perdagangan orang. Dia bekerja biasa di sebuah perusahaan di Vietnam (Kamboja)," ungkap Dedi Mulyadi.
KDM menduga Rizki minta pulang ke Indonesia karena tidak betah bekerja di Kamboja. Hal itu membuat mantan anggota DPR RI ini Mantan Bupati Purwakarta itu juga berpesan kepada masyarakat agar senantiasa mempertimbangkan mental jika hendak bekerja ke luar negeri.
"Dan dimungkinkan, dia itu tidak betah di tempat kerjanya dan akhirnya ingin pulang ke Indonesia," sambung dia.
"Siapa pun yang ingin bekerja di luar negeri, siapkan mental Anda dengan baik. Kalau tidak memiliki mental kuat, sebaiknya tidak usah bekerja di luar negeri karena pada akhirnya akan merepotkan orang tuanya dan banyak orang," tutup Dedi Mulyadi.
"Kami (tadi) malam berkoordinasi dengan Kapolda Jabar akan melakukan pemulangan ke Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia," kata Dedi Mulyadi dalam keterangan videonya, Kamis.
Awal Mula Kasus
Imas Siti Rohana (52), nenek korban, mengungkapkan awal mula cucunya tertipu seseorang yang mengaku-ngaku sebagai manajer dari salah satu klub profesional asal Sumatera Utara.
Riski diiming-imingi bahwa dirinya akan mengikuti seleksi sebagai pemain sepak bola untuk salah satu klub profesional di Medan.
"Jadi awalnya itu, orang tuanya bilang kalau anaknya mau ikut seleksi pemain bola untuk klub di Medan, PSMS Medan. Katanya mau ikut seleksi ke Jakarta dulu, lalu langsung ke Medan. Itu dapet informasi dari Facebook," ujarnya kepada Tribun Jabar pada Selasa (18/11/2025).
Namun setelah berangkat dari Kabupaten Bandung ke Jakarta, Imas terkejut mengetahui bahwa cucu kesayangannya itu sudah berada di negara Kamboja, bukan ke Sumatera Utara.
"Berangkat dari Bandung ke Jakarta itu sendiri, dijemput oleh travel. Tanggal 26 Oktober. Tanggal 27 Oktober itu ada unggahan tiket pesawat dari Fadil rute Jakarta-Medan-Kualanamu. Tapi pada 4 November, anaknya bilang ada di Kamboja," ucapnya.
Selama proses keberangkatan cucunya itu, Imas mengaku dirinya masih bisa berkomunikasi dengan Fadhil.
Bahkan saat cucunya berada di Jakarta, komunikasi dirinya dengan orang yang mengaku-ngaku sebagai manajer klub profesional asal Medan itu masih berjalan baik.
Pada awalnya, Imas belum memiliki rasa curiga kepada pihak yang mengaku sebagai manajer tersebut.
Namun, seiring berjalanya waktu, rasa curiga itu muncul usai beberapa kejanggalan terjadi di keberangkatan cucunya.
"Saya masih komunikasi dengan orang itu. Dia juga sempat menelepon dan memberikan kabar kalau Fadil sedang makan atau sedang berada di suatu tempat," kata Imas.
"Yang mulai saya jadi heran itu, orang itu WA-an sama saya tapi tidak memberikan kabar kalau Fadil ada di Medan. Baru ketika Fadil bilang ada di Kamboja, orang itu hilang," sambungnya.
Mengenai kondisi Fadhil di negara Kamboja, Imas menceritakan bahwa cucunya itu dipaksa untuk bekerja untuk mencari orang yang bisa 'ditipu' (scammer) dengan modus melalui platform percintaan.
"Dia (Fadhil) bilang kerjaannya 'menipu orang-orang Cina' lewat komputer. Padahal dia tidak bisa komputer. Tapi kalau komunikasi dengan keluarga, dia sembunyi-sembunyi di kamar mandi," ucapnya.
Lebih lanjut, kata Imas, Fadhil selama kerja di Kamboja selalu saja mendapat hukuman. Dirinya sering di suruh push up, hingga mendapatkan kekerasan fisik dari pimpinan tempatnya bekerja.
"Katanya kondisinya mengkhawatirkan. Dia sering disiksa. Disiksanya seperti disuruh push-up ratusan kali, disuruh membawa galon ke lantai sepuluh. Padahal anak sekecil itu jelas tidak terbiasa kerja seperti itu," ujarnya dikutip dari TribunJabar.id
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
| Kasus TPPO di Indonesia Tahun 2023 Meningkat 15 Persen Dibandingkan Tahun 2022 |
|
|---|
| Mahfud MD Benarkan Adanya Jaringan Perdagangan Ginjal, Kini Sedang Ditangani Polri |
|
|---|
| Pasutri Jadikan Rumah Ketua RT Jadi Penampungan Orang, Diduga Terlibat Kasus Perdagangan Orang |
|
|---|
| Rumah Anggota Polda Lampung Diusut Divpropam Polri Terkait Penampuangan 24 Korban TPPO |
|
|---|
| 46 Korban Perdagangan Orang Kembali ke Indonesia dari Myanmar dan Filipina Jalani Rehabilitasi |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.