Kualitas Udara

Menteri Kesehatan Sebut Memburuknya Kualitas Udara Membuat Kasus ISPA di Jabodetabek Meningkat

Angka penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di Jabodetabek mnengalami kenaikan akibat memburuknya kualitas udara.

Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Joko Supriyanto
Tribuntangerang.com
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat berkunjung ke Tangerang 

TRIBUNTANGERANG.COM - Angka penderita Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) yang melanda masyarakat Indonesia meroket pesat.

Melonjaknya kasus penyakit yang menyerang pernafasan itu disebabkan oleh buruknya kualitas udara yang tengah melanda wilayah Jabodetabek beberapa pekan terakhir.

Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Kesehatan (Menkes) RI, Budi Gunadi Sadikin.

"Memang peningkatan kasus penyakit ISPA sedang tinggi terjadi saat ini, karena memang polusi udara yang sedang buruk, khususnya di Jabodetabek," ujar Budi kepada awak media, Jumat (25/8/2023).

Lebih lanjut ia menjelaskan, diperlukan pemantauan secara berkala kepada masyarakat yang terserang penyakit ISPA saat ini.

Baca juga: Menteri Kesehatan RI Sebut Penyemprotan Jalan Guna Kurangi Polusi Udara Dianggap Tidak Efektif

Pasalnya, penyakit ISIPA dapat menyebabkan penderita mengalami TBC (tuberkulosis), pneumonia, infeksi paru klinis, hingga kanker paru-paru.

Oleh karena itu, masyarakat yang mengalami gejala penyakit ISPA harus mendapat penanganan secara medis dengan cepat.

"Sekarang ini, kami (Kementerian Kesehatan RI) sudah menyiapkan rumah sakit, dokternya, serta obat obatan bagi masyarakat yang terjangkit ISPA," kata dia.

Dengan demikian Menkes mengharapkan, pemerintah dapat melaksanakan berbagai kebijakan ataupun program untuk menekan buruknya kualitas udara yang saat ini tengah terjadi. 

"Saya berharap isisi hulu penanganan untuk mengurangi polusi udara dapat dilakukan, seperti dari sektor lingkungan hidup, energi ataupun transportasi dapat saling bersinergi," kata Menkes RI Budi Gunadi Sadikin.

"Supaya permasalahan buruknya kualitas udara yang sedang terjadi sekarang ini bisa benar-benar ditekan," terang Budi Gunadi Sadikin

Puluhan Ribu Balita Terinfeksi ISPA

Sejak Januari 2023 hingga Juni 2023, kasus infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) di Kota Cilegon tercatat ada 17.382 kasus.

Dari 17.382 kasus ISPA di Kota Cilegon itu ternyata didominasi usia dibawah lima tahun kebawah.

Tentu dengan catatan ini, menjadi kewaspadaan bersama baik pemerintah maupun juga bagi para orang tua.

Apalagi, akhir-akhir ini kualitas udara di musim kemarau sedang menjadi sorotan.

Puluhan kasus ISPA yang menginfeksi pada balita ini juga disampaikan Kepala Bidang Pemenuhan Upaya Kesehatan Perorangan dan Upaya Kesehatan Masyarakat, Dinkes Kota Cilegon dr. Febri Naldo.

Baca juga: Kasus ISPA di Tangsel Meningkat 20 Persen Dibandingkan Tahun Lalu, Faktor Polusi?

Dirinya menyebut jika dari 17.382 kasus ISPA itu, 10.146 kasus diantaranya diderita oleh balita usai dibawah lima tahun

Febri menjelaskan, kasus ISPA di Kota Cilegon terbagi dua ada pneumoniae dan bukan pneumonia.

"Yang pneumonia di bawah 5 tahun ada 1.671 orang dan di atas 5 tahun ada 2.207, sementara yang bukan pneumonia di bawah 5 tahun ada 8.475 orang, dan di atas 5 tahun ada 5.029 orang," ujarnya saat ditemui di kantornya, Rabu (23/8/2023).

Febri menyebut bahwa dari jumlah itu, kasus ISPA paling banyak ditemukan di Puskesmas Pulomerak, Citangkil 1 dan Cibeber.

Kasus pneumoniae di bawah usia 5 tahun paling banyak di Pulomerak ada 430 kasus, Cibeber ada 321 kasus dan Citangkil 1 ada 253 kasus.

Sementara pneumoniae di atas usia 5 tahun, paling banyak di Cibeber ada 670 kasus, Citangkil 1 ada 395 kasus dan Purwakarta ada 298 kasus.

Baca juga: Waspada Ini Catatan Kasus ISPA di Jakarta dan Tangerang, Polusi Udara?

 Jika ditotal secara keseluruhan, kasus ISPA paling banyak di Cilegon baik itu pneumoniae atau bukan pneumoniae.

Peringkat pertama berada di Puskesmas Citangkil 1 sebanyak 3.328 kasus, kemudian di Pulomerak 3.274 kasus dan Cibeber 2.750 kasus.

Febri menjelaskan bahwa ISPA merupakan salah satu penyakit yang berbahaya.

Baik itu dialami oleh penderita pneumoniae yang usianya di bawah 5 tahun ataupun di atas 5 tahun.

Namun tingkat bahaya nya, kata dia, memiliki tingkat yang berbeda-beda.

"Sebetulnya bahaya semua, tapi tergantung apakah dia pneumoniae berat atau tidak," katanya.

Sementara faktor yang menyebabkan penyakit ISPA, lanjut Febri, yaitu salah satunya diakibatkan karena infeksi bakteri.

Selain itu, faktor udara atau polusi udara juga menjadi penyebab terjadinya ISPA.

"Jadi sebetulnya ISPA itu infeksi akibat bakteri, kondisi udara itu mungkin faktor resiko tinggi juga, tapi tidak terlalu menimbulkan infeksi saluran pernafasan akut," ungkapnya.

Baca juga: WASPADA Dinkes Catat Ada Ribuan Kasus ISPA Sejak Januari 2023 di Tangerang Selatan

Meski saat ini di sejumlah daerah mengalami dampak El Nino, akibat cuaca kemarau yang berkepanjangan.

Namun Febri menyebut bahwa kondisi di Cilegon tidak terlalu berdampak.

"Kalau untuk di kota Cilegon, kita tidak terlalu berdampak, namun masyarakat tetap kalau keluar rumah disarankan pakai masker, karena kalau musim kemarau berdebu apalagi adanya polusi udara," ungkapnya.

Jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya, jumlah kasus ISPA di Kota Cilegon saat ini tidak terlalu banyak.

Sebab jika dilihat dari tahun 2022, jumlah kasus ISPA berjumlah sebanyak 129.626 orang.

Jumlah itu di antaranya yang pneumoniae berjumlah 64.313 orang dan bukan pneumoniae berjumlah 65.313 orang.

Kemudian untuk mencegah penyakit ISPA pada fenomena El Nino ini, pihaknya telah melakukan sejumlah upaya.

Salah satunya memberikan imbauan kepada seluruh puskesmas untuk melakukan sosialisasi informasi kepada masyarakat.

"Untuk mengimbau, kalau keluar rumah pakai masker, imunisasi dasar harus lengkap, menjaga pola hidup sehat, asupan gizi, pola makan dan istirahat yang cukup," ucapnya. 

 

(TribunTangerang/TribunBanten.com)

Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved