Banjar Lahar Dingin di Sumbar

5 Cerita Pilu Korban Banjir Lahar Dingin di Sumatera Barat yang Menewaskan Puluhan Orang

Dibalik bencana alam yang mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia hingga puluhan lainnya hilang, menyisakan cerita pilu dari korban selamat.

Editor: Joko Supriyanto
TribunPadang.com/Arif RK
Bongkahan kayu besar diseret lahar dingin marapi terlihat berjejer di Simpang Manunggal, Nagari Limo Kaum, Kecamatan Limo Kaum, Tanah Datar, Senin (13/5/2024). 

Tidak berselang lama, banjir semakin deras dan mulai meluap hingga ke jalan sehingga ia bersama keluarga terpaksa bertahan di dalam rumah.

"Kami tidak bisa keluar, kami terpaksa berdiam diri di rumah sambil melihat-lihat keluar apakah air akan masuk atau menerjang rumah kami," katanya.

Nasib berpihak pada Nispawati. Ia dan keluarga selamat karena sudah mengantisipasi sebelum banjir datang.

"Untungnya karung pasir yang kami pasang sebelumnya di depan rumah menghalangi air dan material lainnya masuk ke dalam rumah, karena sebelumnya rumah saya juga terdampak banjir bandang sebelumnya," lanjutnya.

Menurut Nispawati, air mulai surut sekira pukul 01.00 WIB. Ia bersama keluarga diminta mengungsi oleh tim gabungan yang berjaga.

"Sekitar jam satu air sudah surut, mungkin karena jembatan sudah tersumbat aliran mengalir ke area persawahan baru jalan bisa dilalui dan saya baru pergi mengungsi karena disuruh," ujarnya.

Ia berharap agar bencana banjir lahar dingin tidak terjadi lagi dan meminta pemerintah untuk segera mengatasi permasalahan banjir lahar dingin tersebut.

3. Pasrahnya Antan saat Banjir Bandang, Peluk Anak sambil Berdzikir hingga Sholat Hajat

Warga Galuang, Kecamatan Sungai Pua, Agam, Sumatera Barat, menyaksikan langsung dahsyatnya banjir bandang yang menerjang daerah itu, Sabtu (11/5/2024) malam.

Air besar tiba-tiba datang ditandai dengan bunyi guruh yang sangat keras dan berkelanjutan, membawa pohon, batu dan sampah hingga menghanyutkan tujuh unit rumah.

"Rumah yang hanyut itu berada di belakang rumah saya, waktu bunyi guruh saya naik ke lantai dua dan melihatnya langsung," ujar seorang warga, Antan.

Antan menyaksikan rumah itu hancur digulung banjir yang airnya sangat besar seperti melihat tsunami Aceh.

Lalu ia bersama lima anaknya saling berangkulan dan berdzikir melihat semua kejadian itu berlangsung.

Bahkan Antan langsung melaksanakan sholat hajat malam itu, pasrah jika memang air itu turut menghantam rumahnya.

Beruntung, banjir besar itu tidak menghampiri rumah Antan.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved