Banjar Lahar Dingin di Sumbar

5 Cerita Pilu Korban Banjir Lahar Dingin di Sumatera Barat yang Menewaskan Puluhan Orang

Dibalik bencana alam yang mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia hingga puluhan lainnya hilang, menyisakan cerita pilu dari korban selamat.

Editor: Joko Supriyanto
TribunPadang.com/Arif RK
Bongkahan kayu besar diseret lahar dingin marapi terlihat berjejer di Simpang Manunggal, Nagari Limo Kaum, Kecamatan Limo Kaum, Tanah Datar, Senin (13/5/2024). 

TRIBUNTANGERANG.COM - Banjir lahar dingin yang terjadi di kaki Gunung Marapi, Sumatera Barat (Sumbar) pada Sabtu malam 11 Mei 2024 mengakibatkan puluhan orang meniggal dunia.

Berdasarkan laporan BNPB pada Selasa 14 Mei 2024, tercatat sudah ada 50 orang meninggal dunia.

Sebaran korban meninggal dunia yang ditemukan dampak banjir lahar dingin ini terdiri dari beberapa lokasi.

Di Kota Padang Panjang sebanyak dua orang, Kabupaten Agam sebanyak 20 orang, Kabupaten Tanah Datar sebanyak 19 orang, Kota Padang sebanyak satu orang, dan Kabupaten Padang Pariaman sebanyak delapan orang.

Dibalik bencana alam yang mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia hingga puluhan lainnya hilang, menyisakan cerita pilu dari beberapa korban selamat.

Banyak diantara korban selamat harus kehilangan harta benda mereka, bahkan gangguan mental dan cacat tubuh akibat bencana ini.

Berikut ini 5 cerita pilu dari beberapa korban banjir lahar dingin yang terjadi di Sumatera Barat yang dilansir dari TribunPadang.com pada Selasa (14/5/2024)

1. Karmila Kehilangan Ibu dan Keponakan, Anak Trauma

Karmila harus kehilangan ibu dan keponakannya saat banjir lahar dingin terjadi di Nagari Bukik Batabuah, Kabupaten Agam, Sabtu (11/5/2024) malam.

Saat banjir lahar dingin Gunung Marapi itu terjadi, Karmila sedang berada dirumahnya yang berada beberapa meter dari rumah ibunya.

Rumah ibunya terletak di dekat aliran sungai yang menjadi lokasi banjir lahar dingin.

"Saat banjir terjadi, ibu saya sedang berada dirumahnya yang berada di depan musala bersama adik saya."

"Sementara itu anak dan keponakan saya sedang rapat bersama pengurus di dalam musala," katanya, Minggu (12/5/2024).

Kemudian, kata Karmila, sekira pukul 20.00 WIB, aliran air semakin membesar hingga meluap ke jalan.

"Saat mulai besar itu, anak dan keponakan saya langsung pulang, tapi ke rumah ibu saya."

Halaman
1234
Sumber: Tribun Padang
Berita Terkait

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved