Banjar Lahar Dingin di Sumbar
5 Cerita Pilu Korban Banjir Lahar Dingin di Sumatera Barat yang Menewaskan Puluhan Orang
Dibalik bencana alam yang mengakibatkan puluhan orang meninggal dunia hingga puluhan lainnya hilang, menyisakan cerita pilu dari korban selamat.
Beberapa jam setelah itu volume air berkurang dan ia keluar rumah.
"Di jalan, puing-puing rumah bagian belakang itu sudah menggunung tidak bergerak bersama pohon dan batu," terangnya.
Ia lihat ke bagian belakang tempat rumah hanyut, hanya satu rumah yang tersisa dalam kondisi setengah, sedangkan yang lain sudah rata.
Pada malam itu, seorang penghuni rumah ditemukan hanyut ratusan meter, dalam kondisi luka parah dan dirawat di rumah sakit saat ini.
Keesokan harinya delapan orang lagi ditemukan dalam kondisi meninggal dunia dan hari ini (Selasa-red) satu orang.
Saat ditanyai dimana posisi korban yang rumahnya hanyut, Antan mengaku tidak tahu pasti.
Kebanyakan korban menurutnya menyelamatkan diri masing-masing ke rumah saudaranya.
"Kadang pagi mereka datang, melihat dan mencari barang yang bisa diselamatkan, siang sudah tidak di sini lagi," jelasnya.
Para korban juga mengalami trauma ketika kembali melihat rumah mereka yang sisa pondasi tersebut.
4. Riswan Tidak Sangka Banjir Datang, Semua Tiba-Tiba dan Berlangsung Cepat
Banjir bandang yang datang secara tiba-tiba membuat warga Nagari Koto Tuo, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, pasrah.
Mereka tidak menyangka banjir akan datang sehingga tidak ada persiapan sama sekali.
"Semua berlangsung sangat cepat, bunyi batu bergesekan dan suara air bergemuruh."
"Akhirnya rumah, kendaraan, warung dan sekolah hilang," ujar Riswan mengenang malam mengerikan saat banjir besar itu terjadi.
Menurut Riswan, banjir terjadi sekira pukul 22.15 WIB, Sabtu (11/5/2024).
Kedatangan banjir tidak pernah terbayangkan oleh warga setempat.
Sebab, sejak lahar dingin gunung Marapi mengganas, daerah tempat mereka tinggal memang tidak pernah terdampak.
Bahkan, beberapa warga tidak ingat betul kapan terakhir banjir serupa ini terjadi.
Beberapa dari warga menyebut tahun 2010, tapi tidak semuanya sepakat itu disebut banjir besar.
Melihat banjir yang terjadi kali ini, masyarakat menganggapnya galodo, karena kedatangannya yang tidak disangka dan sangat besar.
Riswan menyebut banjir ini membawa kayu setinggi 2 meter hingga 8 meter dan bebatuan yang sangat besar, sekira ukuran mobil dan motor.
"Airnya juga sangat amat besar, sehingga banyak bangunan hilang tak tersisa terdampak banjir ini," ujarnya ditemui, masih menggunakan sepatu boot dan bercucuran keringat.
Ia mengungkapkan satu sekolah nyaris tak tersisa di IV Koto Agam.
Rumah makan, warung dan rumah warga juga hilang entah kemana puingnya.
Semua itu terjadi dalam waktu singkat, kondisi warga juga pasrah, karena memang tidak ada yang memprediksi galodo bisa terjadi malam itu.
"Kendaraan yang terparkir di luar rumah, turut disapu oleh banjir besar ini," ujarnya.
Menurutnya, kalau menaksir kerugian, mungkin bisa mencapai miliaran rupiah untuk nagari Koto Tuo saja.
Sekarang masyarakat setempat bersama BPBD, SAR, TNI dan Polri hanya bisa bahu membahu membersikan material banjir dan menyemangati masing-masing.
5. Ibu Digendong Sanak Saudara, Tubuhnya Dipopoh, Desnimurti Bersyukur Diberi Kesempatan Hidup
Waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari. Suara air yang keras tiba-tiba membangunkan Desnimurti yang tengah terlelap.
Mengejutkannya lagi, air sudah memasuki rumahnya dengan kedalaman setinggi pinggang orang dewasa.
Tubuh Desnimurti bergetar, rasa khawatir menyelimuti.
“Saya di rumah berdua dengan ibu yang sudah tua, kami tidak tau apa yang harus dilakukan badan tiba-tiba bergetar karena panik,” jelas Desnimurti saat ditemui di Jorong Tigo Batua, Nagari Parambahan, Kecamatan Limo Kaum, Tanah Datar, Selasa (14/5/2024).
Beruntung, kata Desnimurti, ada sanak saudara yang datang menolong bernama Riko.
Riko langsung menggendong ibu Desnimurti sedangkan dirinya dipopoh menuju jalan keluar.
“Tak mempedulikan barang yang lain kami berhasil selamat dan masih diberi kesempatan hidup oleh Tuhan,” katanya.
Setiba di luar, Desnimurti melihat air dan lumpur dimana-mana.
Wajah warga lainnya yang selamat dipenuhi lumpur bahkan terdengar teriakan minta tolong.
Ia bersyukur tetap selamat karena sudah dua kali bencana menerpanya.
Sebelumnya dia juga pernah merasakan tsunami Aceh dan sekarang banjir bandang.
“Tak ada harta yang tertinggal, rumah sudah dipenuhi lumpur, perabotan tak terlihat lagi ntah dimana,” terangnya.
Sementara waktu, Desnimurti mengungsi ke rumah saudara lain yang tak terdampak.
Rumahnya masih dibersihkan oleh warga secara bersama-sama dan berharap ada perabot yang masih bisa terpakai.
(TribunPadang.com/Arif Ramanda Kurnia/Fajar Alfaridho Herman/Rahmat Panji)
Data Terkini Korban Banjir Lahar Dingin Marapi: 61 Orang Meninggal, Potensi Bencana Masih Ada |
![]() |
---|
Data Terkini Jumlah Korban Lahar Dingin Gunung Marapi: 58 Orang Meninggal |
![]() |
---|
Uli Mengais-ngais Lumpur Sembari Menangis Mencari Jasad sang Adik yang Belum Ditemukan |
![]() |
---|
Trauma, Warga Panik Berhamburan saat Hujan Turun di Kabupaten Agam, Takut Jadi Korban Lahar Dingin |
![]() |
---|
Update Terbaru Jumlah Korban Meninggal Dunia Banjir Lahir Dingin di Sumbar Selasa 14 Mei 2024 |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.