Dedi Mulyadi Lontarkan Pengakuan Mengejutkan Soal Rizki Nur Fadilah, Sebut Bukan Korban TPPO

Dedi Mulyadi melontarkan pernyataan mengejutkan. Dia menjelaskan Rizki Nur Fadhilah bukanlah korban Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO).

Editor: Joseph Wesly
(TribunJabar.id/Dian Herdiansyah)/TikTok/rizki.nur.fadilla6)
BUKAN KORBAN TPPO- Kolase Dedi Mulyadi dan Rizki Nur Fadhilah. KDM mengatakan Rizki Nur Fadhilah bukanlah korban TPPO melainkan diduga minta pulang karena tak betah di Kamboja. (TribunJabar.id/Dian Herdiansyah)/TikTok/rizki.nur.fadilla6) 

"Dan dimungkinkan, dia itu tidak betah di tempat kerjanya dan akhirnya ingin pulang ke Indonesia," sambung dia.

"Siapa pun yang ingin bekerja di luar negeri, siapkan mental Anda dengan baik. Kalau tidak memiliki mental kuat, sebaiknya tidak usah bekerja di luar negeri karena pada akhirnya akan merepotkan orang tuanya dan banyak orang," tutup Dedi Mulyadi.

"Kami (tadi) malam berkoordinasi dengan Kapolda Jabar akan melakukan pemulangan ke Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Indonesia," kata Dedi Mulyadi dalam keterangan videonya, Kamis.

Awal Mula Kasus

Imas Siti Rohana (52), nenek korban, mengungkapkan awal mula cucunya tertipu seseorang yang mengaku-ngaku sebagai manajer dari salah satu klub profesional asal Sumatera Utara.

Riski diiming-imingi bahwa dirinya akan mengikuti seleksi sebagai pemain sepak bola untuk salah satu klub profesional di Medan.

"Jadi awalnya itu, orang tuanya bilang kalau anaknya mau ikut seleksi pemain bola untuk klub di Medan, PSMS Medan. Katanya mau ikut seleksi ke Jakarta dulu, lalu langsung ke Medan. Itu dapet informasi dari Facebook," ujarnya kepada Tribun Jabar pada Selasa (18/11/2025).

Namun setelah berangkat dari Kabupaten Bandung ke Jakarta, Imas terkejut mengetahui bahwa cucu kesayangannya itu sudah berada di negara Kamboja, bukan ke Sumatera Utara.

"Berangkat dari Bandung ke Jakarta itu sendiri, dijemput oleh travel. Tanggal 26 Oktober. Tanggal 27 Oktober itu ada unggahan tiket pesawat dari Fadil rute Jakarta-Medan-Kualanamu. Tapi pada 4 November, anaknya bilang ada di Kamboja," ucapnya.

Selama proses keberangkatan cucunya itu, Imas mengaku dirinya masih bisa berkomunikasi dengan Fadhil.

Bahkan saat cucunya berada di Jakarta, komunikasi dirinya dengan orang yang mengaku-ngaku sebagai manajer klub profesional asal Medan itu masih berjalan baik.

Pada awalnya, Imas belum memiliki rasa curiga kepada pihak yang mengaku sebagai manajer tersebut. 

Namun, seiring berjalanya waktu, rasa curiga itu muncul usai beberapa kejanggalan terjadi di keberangkatan cucunya.

"Saya masih komunikasi dengan orang itu. Dia juga sempat menelepon dan memberikan kabar kalau Fadil sedang makan atau sedang berada di suatu tempat," kata Imas.

"Yang mulai saya jadi heran itu, orang itu WA-an sama saya tapi tidak memberikan kabar kalau Fadil ada di Medan. Baru ketika Fadil bilang ada di Kamboja, orang itu hilang," sambungnya.

Mengenai kondisi Fadhil di negara Kamboja, Imas menceritakan bahwa cucunya itu dipaksa untuk bekerja untuk mencari orang yang bisa 'ditipu' (scammer) dengan modus melalui platform percintaan.

Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved