Aksi Terorisme

Mantan Anggota JI: Kemenangan Taliban Bisa Dicopy Paste Teroris di Indonesia Gulingkan Pemerintah

Narapidana kasus terorisme itu menyatakan, kelompok teroris JI dan kelompok Taliban memiliki latar belakang yang sama terkait tujuan bernegara.

Editor: Yaspen Martinus
TRIBUNNEWS/IGMAN IBRAHIM
Bekas anggota Jamaah Islamiyah (JI) Mukhtar Khairi mengungkapkan, kemenangan kelompok Taliban di Afganistan dapat menginspirasi kelompok teroris Indonesia untuk merebut kekuasaan. 

TRIBUNTANGERANG, JAKARTA - Bekas anggota Jamaah Islamiyah (JI) Mukhtar Khairi mengungkapkan, kemenangan kelompok Taliban di Afganistan dapat menginspirasi kelompok teroris Indonesia untuk merebut kekuasaan.

Narapidana kasus terorisme itu menyatakan, kelompok teroris JI dan kelompok Taliban memiliki latar belakang yang sama terkait tujuan bernegara.

Dia bilang, keduanya ingin mengambil alih kekuasaan agar membentuk negara Islam.

Baca juga: Kelompok Teroris di Indonesia Rata-rata Alumni Afganistan, Kemenangan Taliban Harus Diwaspadai

"Kemenangan Taliban itu menginspirasi jemaah-jemaah yang ada di Indonesia, karena melihat latar belakang yang sama."

"Seperti contoh oposisi pemerintah di Indonesia. Itu visi dan misinya mungkin menggulingkan pemerintah," kata Mukhtar dalam diskusi daring, Senin (30/8/2021).

Ia menyampaikan, kelompok teroris JI memiliki kekuatan bersenjata selayaknya kelompok Taliban.

Baca juga: Afganistan Jadi Tempat Latihan Teroris yang Beraksi di Indonesia, 10 Gelombang WNI Pernah Berangkat

Kemenangan ini dikhawatirkan akan membuat gerakan teroris JI semakin gencar.

"Mereka beranggapan ada pasukan rill bersenjata yang sudah berhasil. Apa salahnya kita bisa copy paste perjuangan Afganistan di sana?" Paparnya.

Namun secara ideologis, kata Mukhtar, JI dan Taliban memiliki perbedaan yang mencolok.

Baca juga: Taliban Bebaskan 5.000 Tahanan, Densus 88 Waspadai WNI Eks Kombatan yang Pulang dari Afganistan

JI lebih mengikuti gerakan Wahabi yang terafiliasi dengan kelompok teroris Alqaeda.

"Hampir semua ustaz-ustaz khususnya para petinggi-petinggi JI itu, mereka terinsipirasi dengan gerakan Wahabi yang disebut dengan Alqaeda tadi."

"Wahabi garis keras. Saya menganggapnya itu bahasanya perselingkuhan. Perselingkuhan antara Taliban and Alqaeda," ulasnya.

Kelompok Teroris di Indonesia Rata-rata Alumni Afganistan

Kelompok radikal yang pernah menebar teror di Indonesia, rata-rata merupakan alumni Afganistan.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia Islah Bahrawi dalam diskusi daring, Senin (30/8/2021).

Ia menyebut kelompok radikal Indonesia dan Afganistan memiliki ikatan satu sama lainnya.

Baca juga: Agung Mozin Hengkang, Partai Ummat Diprediksi Cuma Jadi Penggembira di Pemilu 2024

"Secara historis kita juga punya ikatan kuat antara kelompok radikal di Indonesia dengan kelompok radikal yang ada di Afganistan ini."

"Ini shahih atau mutawatir ini kalau kata ustaz," ungkap Islah.

Ia pun mencontohkan kelompok teroris Jamaah Islamiyah (JI) hingga Darul Islam yang biasa menebar teror di Indonesia.

Baca juga: Kalah di Tingkat Banding, Rizieq Shihab Tetap Dihukum 4 Tahun Penjara dalam Kasus Hasil Tes Swab

Menurutnya, anggota kelompok itu mayoritasnya alumni kelompok teroris di Afganistan.

"Jadi memang secara historis banyak sekali kelompok-kelompok radikal kita mulai dari zaman Darul Islam, Jamaah Islamiyah, dan sebagainya."

"Dan juga ada pembuktian pembuktian empiris di kita bahwa pelaku aksi teror di Indonesia itu rata-rata alumni Afganistan. Ini yang harus kita perhatikan," tuturnya.

Baca juga: Gapok Dipotong Rp 1,84 Juta Setahun, Lili Pintauli Siregar Masih Dapat Rp 87,65 Juta per Bulan

Atas dasar itu, kata Islah, Indonesia harus mewaspadai adanya kemenangan Taliban di Afganistan.

Hal ini dikhawatirkan dapat juga membangkitkan kelompok teroris di Indonesia.

"Karena bagi saya persoalan geopolitik dan persoalan ideologis ini jauh lebih bahaya persoalan Ideologis. Kenapa?"

Baca juga: Taliban Bebaskan 5.000 Tahanan, Densus 88 Waspadai WNI Eks Kombatan yang Pulang dari Afganistan

"Kita harus lebih waspada dengan kebangkitan Taliban di Afganistan itu."

"Kita justru harus lebih aware terhadap geliat-geliat kelompok jejaring teroris di Indonesia," ucapnya.

Jadi Tempat Latihan

Afganistan menjadi tempat latihan (training ground) kelompok teroris yang biasa beraksi di Indonesia.

Hal itu diungkapkan Kabag Bantuan Operasi Densus 88 Kombes Aswin Siregar.

Awalnya, Aswin menyampaikan konflik di Afganistan yang terjadi sejak 1970 silam, telah memicu datangnya pejuang alias kombatan dari berbagai penjuru negara, tak terkecuali warga Negara Indonesia (WNI).

Baca juga: Yahya Waloni Membaik, Bakal Segera Ditahan Jika Kondisi Kesehatannya Terus Stabil

Ia mengungkapkan, banyak WNI yang menjadi kombatan, berdalih memperjuangkan nasib dan kemerdekaan Umat Islam. Sesampainya di sana, mereka mendapatkan pencucian otak (brainwash).

"Sampai di sana, mereka biasa lah, yang mengalami proses brainwash."

"Kemudian membangun jaringan kenal satu sama lain, dan melatih dan melengkapi diri dengan persenjataan yang ada," kata Aswin dalam diskusi daring, Senin (30/8/2021).

Baca juga: Varian Baru Covid-19 Ditemukan di Afsel, Dikhawatirkan Lebih Menular dan Resisten Terhadap Vaksin

Ia mencatat ada lebih dari 10 gelombang WNI yang berangkat ke Afganistan dengan maksud menjadi kombatan pejuang di Afganistan.

Mereka menjadikan tempat itu sebagai latihan berperang.

"Ada yang tercatat misalnya, saya mungkin lebih ada 10 gelombang yang berangkat ke Afganistan dari tahun-tahun awal itu ya."

Baca juga: Langgar Etik, Gaji Pokok Wakil Ketua KPK Lili Pintauli Siregar Dipotong 40 Persen Selama Setahun

"Kemudian setelah mereka selesai dalam tanda kutip berjuang di sana, selesai berlatih di sana, Afganistan itu akan selalu jadi training ground mereka ya, berlatih dan berperang," ungkapnya.

Ia menerangkan, WNI eks kombatan di Afganistan ini rata-rata memiliki pemikiran dengan tingkat radikalisme yang tinggi seusai pulang ke Indonesia.

Tercatat, ada sejumlah aksi teror yang diperbuat eks kombatan di Afganistan.

Baca juga: Bupati Probolinggo dan Suaminya yang Juga Anggota DPR Diciduk KPK, Nasdem Prihatin

"Kemudian selesai pulang ke Indonesia dan melakukan berbagai aksi teror ya di sini."

"Sebagaimana yang tercatat di kita itu ada bom malam Natal ketika konflik di Poso, Bom Bali 1, bom Bali 2, bom JW Marriott, bom Kedubes Australia, Ritz Carlton dan sebagainya," bebernya.

Atas dasar itu, Aswin mengingatkan keberadaan WNI sebagai kombatan di Afganistan berdampak terhadap pemikirannya selepas pulang ke Indonesia.

Baca juga: Langgar Kode Etik KPK, Lili Pintauli Siregar Tak Protes Gaji Pokoknya Dipangkas 40 Persen

"Jadi hasil-hasil dari keberadaan mereka di Afganistan itu secara nyata dan faktual memberikan dampak terhadap pemikiran dan aksi mereka setelah kembali ke Indonesia," jelasnya.

Aswin mengkhawatirkan dengan kemenangan Taliban ini, membuat adanya WNI kembali berangkat atau justru pulang kembali ke Indonesia. Hal inilah yang tengah diantisipasi oleh Densus 88.

"Kami dari pihak Densus mengingatkan bahwa potensi ancaman para returnis atau orang Indonesia yang akan berangkat ke sana sebagai foreign fighter itu sudah pernah ada."

Baca juga: MUI Tetapkan Vaksin AstraZeneca, Sinopharm, dan Pfizer Haram, Cuma Sinovac yang Halal

"Ini bukan prediksi, ini sejarah."

"Ketika ada konflik, orang berbondong-bondong berapa bergelombang gelombang berangkat ini sudah pernah terjadi."

"Jangan sampai terulang lagi di zaman ini gitu ya," ucapnya.

Densus 88 Waspada

Densus 88 Antiteror Polri mewaspadai pergerakan warga Indonesia (WNI) yang pulang dari Afganistan.

Hal ini untuk mencegah adanya WNI eks kombatan Taliban.

Kabag Bantuan Operasi Densus 88 Kombes Aswin Siregar mengatakan, pihaknya telah memantau pergerakan banyaknya WNI yang pulang dari Afganistan menuju Indonesia.

Baca juga: Setahun Berlalu, Kasus Dugaan Pembunuhan Wanita di Pondok Aren Masih Misterius

"Dengan kemenangan Taliban ini, banyak orang yang kembali ke negara kita."

"Banyak orang Indonesia yang kembali ke negaranya."

"Bukan orang Indonesia, tapi yang lain juga ada ya," kata Aswin dalam diskusi daring, Senin (30/8/2021).

Baca juga: Kementerian Kesehatan: Bersifat Individual, Vaksin Nusantara Tidak Dapat Dikomersialkan

Ia menyampaikan, kepulangan WNI tersebut harus dicermati secara teliti oleh pihak bandara.

Mereka harus ditanyakan terlebih dahulu ihwal keberadaanya selama di Afganistan.

"Di sana mereka sebagai apa sebetulnya, ini perlu dicermati."

Baca juga: Lebih dari 50 Persen Sekolah di Tangerang Selatan Siap Gelar Pembelajaran Tatap Muka

"Jangan-jangan yang kembali ini ada juga yang kombatan. Ada juga yang terlibat perang," tuturnya.

Ia mengingatkan Taliban telah berhasil membebaskan 5.000 orang tahanan yang juga merupakan kombatan.

Dia menduga, ada orang Indonesia yang turut dilepaskan Taliban.

Baca juga: Mendikbudristek Minta Kampus di Wilayah PPKM Level 1-3 Segera Gelar Perkuliahan Tatap Muka Terbatas

"Seperti beberapa waktu yang lalu ada pembebasan atau dilepaskannya 5.000 orang dari penjara."

"Berapa orang Indonesia tuh di dalamnya, yang dilepaskan, yang oleh Taliban diputihkan lagi itu ya, sekarang keluar dari penjara," paparnya.

Aswin menerangkan, eks kombatan Taliban dinilai memiliki tingkat radikalisme yang tinggi.

Baca juga: Padahal Bukan Nakes, Kadisdikbud Kota Tangsel Mengaku Sudah Disuntik Vaksin Booster Merek Moderna

Sebab, kata dia, mereka mengalami proses pencucian otak oleh pihak Taliban.

"Mereka yang kembali ini memiliki tingkat radikalisme yang tinggi, karena ada pembelokan tujuan."

"Dari awalnya mungkin terpanggil untuk membela atau melindungi sesama Umat Islam, kemudian berubah menjadi mendirikan Daulah Islamiyah."

Baca juga: Kantongi SK Kemenkumham, Partai Ummat Resmikan Kantor DPP di Tebet

"Merasa bahwa jalan untuk mewujudkan kemenangan itu dengan menguasai dan mendirikan negara," bebernya.

Aswin mengingatkan, Indonesia punya pengalaman buruk terhadap eks kombatan Taliban usai kembali ke Indonesia. Rata-rata, mereka pernah melakukan aksi teror.

"Selesai pulang ke Indonesia dan melakukan berbagai aksi teror ya di sini."

Baca juga: Capaian Vaksinasi Covid-19 Lansia Rendah, DPR: Harus Diberikan Prioritas dan Perhatian Khusus

"Sebagaimana yang tercatat di kita itu ada bom malam Natal ketika konflik di Poso, Bom Bali 1, bom Bali 2, bom JW Marriott, bom Kedubes Australia, Ritz Carlton dan sebagainya."

"Jadi aksi mereka itu hasil-hasil dari keberadaan mereka di Afganistan."

"Itu secara nyata dan faktual memberikan dampak terhadap pemikiran dan aksi mereka setelah kembali ke Indonesia," paparnya. (Igman Ibrahim)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved