Artis Merambah Panggung Politik, Seberapa Besar Uang yang Disetor ke Partai?

Panggung politik kembali diramaikan munculnya artis-artis yang mencalonkan dirinya menjadi wakil rakyat.

|
Penulis: Arie Puji Waluyo | Editor: Ign Prayoga
Kompas/Agus Susanto
Ilustrasi kotak suara pada pemilu legislatif. 

Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia, Ujang Komarudin, mengakui banyak arti yang ikut meramaikan pemilihan anggota legislatif (pileg) pada 2004. Ujang menilai menilai proses kaderisasi yang dilakukan parpol telah gagal. Sehingga parpol banyak merekrut artis untuk mendompleng suara saat Pemilu.

Ujang yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), menambahkan, para artis direkrut partai karena artis memiliki popularitas dan modal finansial yang kuat untuk kepentingan partai dalam memikat simpati masyarakat.

"Kaderisasi memang nggak ada yang jalan dan di partai, kaderisasi gagal," ujar Ujang kepada Warta Kota baru-baru ini.

"Bahkan ada partai yang mengatakan sebagai partai kader (mengutamakan kaderisasi) tapi kaderisasi nggak jalan juga, itu cerminan bahwa memang kaderisasi instan saja, misalkan kalau ada momen pemilihan baru ada sekolah partai," sambungnya.

Selain meminang artis, mereka juga merekrut orang dengan pemangku jabatan penting hingga pengusaha untuk membangun dinasti politiknya sendiri atau oligarki.

Ujang mengungkapkan, banyak parpol yang sengaja menggaet artis untuk meningkatkan popularitas partai. Keberadaan para artis dianggap memudahkan parpol untuk bisa mendapatkan simpati dari masyarakat.

"Kita ini kan negara yang mengutamakan industri pencitraan, jadi artis-artis itu sangat laku di publik. Artis punya popularitas dan dia punya uang. Jadi, kalau dia dipasang menjadi caleg, ya kemungkinan bisa meningkatkan elektabilitas partai termasuk bisa memenangkan dirinya," papar Ujang.

Akan tetapi, kata Ujang, hal ini tidak berlaku bagi artis yang hanya mengandalkan ketenaran saja. Dia berucap, artis terkenal sekalipun yang terjun ke dunia politik harus tetap mengeluarkan modal duit dalam kampanye.

"Sebenarnya gejala memasang artis di partai-partai itu sudah sejak lama, karena dalam konteks pemilihan langsung partai politik butuh caleg dari kalangan orang-orang populer dan banyak uang," imbuhnya.

"Popularitas tidak cukup untuk memenangkan pertarungan di pileg, jadi popularitas itu modal sosial awal, tapi harus ditunjang dengan kekuatan finansial. Kampanye butuh uang, ketemu masyarakat butuh uang," lanjutnya.

Padahal, kaderisasi sangat penting agar calon pemimpin di masa mendatang betul-betul ideal di mata masyarakat. Karena itu dia menganggap parpol belum seutuhnya melahirkan kader yang berkualitas bagi masyarakat.

"Itu formalitas belaka, belum betul-betul bisa menghasilkan produk yang unggul dan bagus, seperti kader berprestasi, kredibel, dan berintegritas, itu kan jarang," ujar Ujang.

"Oleh karena itu, saya melihatnya caranya membangun kaderisasi harus utuh, komprehensif dan benar sehingga jenjangnya jelas," katanya. (ari/m30)

Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved