Merespons Kasus Boyolali, Nusron Wahid Ingatkan yang Berkampanye Juga Perlu Introspeksi Diri
Sekretaris TKN Prabowo Gibran, Nusron Wahid mengimbau agar semua pihak mempercayai proses hukum terhadap kasus penganiayaan relawan Ganjar di Boyolali
TRIBUNTANGERANG.COM - Relawan Ganjar Mahfud di Boyolali menjadi korban penganiayaan oknum anggota TNI, beberapa hari lalu.
Merespons kejadian tersebut, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran, Nusron Wahid mengimbau agar semua pihak mempercayai proses hukum yang berlaku sembari juga melakukan introspeksi diri dalam tata cara berkampanye.
Hal ini disampaikan Nusron dalam merespons pernyataan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto, yang mengkaitkan kasus tersebut dengan posisi capres Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan.
"Pertama, kami juga mengutuk keras tindakan kekerasan yang dilakukan siapapun, dan apapun alasannya kepada sesama anak bangsa. Kami tidak mentolerir perilaku tersebut," kata Nusron kepada wartawan di Jakarta, Senin (1/1/2024).
Menurut Nusron, isu penganiayaan ini sebaiknya tetap dijaga sebagai kasus hukum dan tidak mengkait-kaitkannya dengan politik.
"Mari kita percayakan pada proses hukum yang ada. Sebaiknya semua pihak tidak mengkait-kaitkan dengan isu netralitas TNI terhadap paslon tertentu," katanya.
"Tidak perlu menarik-narik TNI ke dalam politik praktis. Yang kami dengar, Ini murni reaksi dari oknum TNI yang melakukan tindakan berlebihan atas respons relawan paslon tertentu yang berbuat gaduh dan mengganggu kenyamanan masyarakat secara umum," papar Nusron.
Berkaca pada kasus ini, Nusron berharap semua pihak dapat menahan diri, terutama saat berlangsungnya kampanye paslon.
Baginya, kenyamanan dan ketertiban menjadi tujuan utama dalam menarik hati masyarakat pemilih.
Nusron mengambil contoh kegiatan kampanye di Pati dan Boyolali, yang dianggapnya berlebihan dan mengganggu kenyamanan.
"Yang terjadi di Pati beberapa pekan lalu, sekarang Boyolali, merupakan bentuk kampanye partai dan paslon tertentu yang berlebihan, menciptakan kebisingan dan ketidaknyamanan masyarakat umum. Berbagai peraturan lalu lintas juga tidak ditaati dengan baik, sehingga mengganggu pengguna jalan yang lain," ujar Nusron.
Terkait dengan reaksi Sekjen PDI Perjuangan yang mengkaitkan penganiayaan tersebut dengan posisi Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan yang berlatar militer, Nusron menyebutnya sebagai kesimpulan yang berlebihan.
Nusron justru menyebut kejadian ini sebagai kesempatan introspeksi dalam tata cara berkampanye.
"Pak Hasto sebaiknya juga tidak berlebihan dalam menarik kesimpulan, seperti drama sinetron yang mendayu-dayu,” katanya.
"Sebaiknya juga intropeksi dan menasihati relawan dan pendukungnya agar menjaga sopan santun dan tata krama dalam berkampanye, supaya tidak terulang ulang kejadian di Pati, di mana Ketum PSI Mas Kaesang digeruduk dengan menggunakan sepeda motor pakai knalpot keras. Hal yang sama juga di Boyolali," lanjut Nusron.
Sebelumnya, Hasto Kristiyanto sempat mengungkapkan bahwa dirinya menyesalkan terjadinya tindak kekerasan dan penyiksaan yang dilakukan oknum TNI terhadap relawan Ganjar-Mahfud di Boyolali.
Hasto menduga tindak kekerasan dari oknum TNI tersebut karena ada elemen-elemen di dalam TNI yang jadi simpatisan Pak Prabowo karena sama-sama berlatar belakang militer.
Pidato di Markas Besar PBB Prabowo Sebut Indonesia Akui Negara Israel bila Palestina Merdeka |
![]() |
---|
Isi Pidato Presiden RI Prabowo Subianto di KTT PBB Sebelum Insiden Mikrofon Mati |
![]() |
---|
Terungkap Alasan Kenapa Mikrofon Prabowo Sempat Dimatikan saat Pidato Soal Palestina di Markas PBB |
![]() |
---|
Daftar 7 Nama yang Dianugerahi Jenderal Kehormatan oleh Presiden Prabowo, Terbaru Ahmad Dofiri |
![]() |
---|
Penunjukan Djamari Chaniago Tunjukkan Prabowo Bukan Pendendam |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.