Berita Jakarta
3 Fakta Siswi SLB di Jakarta Barat Jadi Korban Pelecehan Seksual Hingga Hamil Lima Bulan
Seorang siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta Barat diduga menjadi korban pelecehan seksual hingga hamil lima bulan.
Penulis: Nuri Yatul Hikmah | Editor: Joko Supriyanto
TRIBUNTANGERANG.COM - Seorang siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta Barat diduga menjadi korban pelecehan seksual hingga hamil lima bulan.
Kasus ini baru terbongkar pada 6 Mei 2024 lalu, saat orang tua korban curiga dengan perubahan pada tubuh anaknya.
Mulanya ibu korban tidak menaruh curiga atas kondisi putrinya itu, namun seiringnya waktu korban sering muntah-muntah, dan tidak menstruasi dalam waktu yang cukup lama.
"Awalnya engak ada kecurigaan, karena anak saya datang menstruasi itu enggak setiap bulan. Pernah 4 bulan enggak datang menstruasi itu enggak ada apa-apa," kata Rusyani saat ditemui di wilayah Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, Senin (20/5/2024).
Melihat kondisi anaknya berubah, ibu korban sempat memeriksakan anaknya ke dokter, saat diminta melakukan USG pada putrinya, ibu korban pun merasa cemas.
Apa yang diharapkan oleh ibu korban justru terjadi, hasil USG menunjukan jika anak korban tengah mengandung dengan usia kandung lima bulan.
Diduga Pelaku Teman Satu Kelas
Setelah mengetahui anaknya mengandung, ibu korban bersama pihak keluarga mencoba mencari tahu siapa pelaku yang menghamilinya.
Dengan menggunakan bahasa isyarat, korban menyampaikan jika terduga pelaku merupakan teman kelasnya.
Lalu, ibu korban menunjukan foto-foto teman kelasnya, saat itu korban menunjuk seseorang yang ada di dalam foto itu diduga merupakan pelaku.
Dari petunjuk itu, ibu korban lantas mendatangi sekolahnya dua hari kemudian untuk berbincang dengan kepala sekolah dan wali kelasnya.
"Kepala sekolah enggak mau nemuin kami ke wali kelasnya, alasanya takutnya syok katanya," ungkap ibu korban.
"Saya bilang, lebih syok mana saya selaku orang tua korban, masa depan anak saya hancur. Saya mesti kehilangan segalanya," lanjutnya dengan suara bergetar.
Dalam pertemuan pihak sekolah, tidak menemukan titik temu, ia pun juga ingin memperkarakan hal ini ke pihak berwajib dan unit perlindungan perempuan dan anak (PPA).
Diduga Terjadi Diluar Sekolah
Daliman selaku Kepala Sekolah SLB mengaku telah melakukan berbagai penyelidikan dan analisis usai laporan terkait kasus tersebut.
Saat ditelusuri, Daliman meyakini jika kemungkinan kecil aksi pelecehan itu terjadi di sekolah, apalagi oleh temannya sendiri yang sama-sama masih di bawah umur.
"Waktu 5 bulan sebetulnya sudah lama sekali, artinya saya sendiri punya istri hamil 1 bulan aja dari segi perubahan fisik, hormon yang ada, sudah ketahuan, tapi ini orangtua baru menyampaikan karena ini dianggapnya haid tidak stabil, tapi perut membesar," kata Daliman saat ditemui di lokasi SLB, Senin (20/5/2024).
Menurut Daliman, pihaknya sudah maksimal untuk memberikan pendidikan moral, spiritual, serta ikhtiar lain untuk memperkenalkan hal baik dan buruk, pada para siswanya yang berkebutuhan khusus selama di sekolah.
Namun ikhtiar itu, lanjut dia, perlu dikolaborasikan dengan pendampingan lanjutan oleh orangtuanya masing-masing, di rumah maupun lingkungan sekitarnya.
"Sebelum kejadian mungkin ikhtiar apa sudah kami lakukan, karena itu kan kalau sepenuhnya hanya sekolah yang menangani, lelah terus terang aja," kata Daliman.
"Harus ada kolaborasi kerja sama mitra kami, orangtua terutama," imbuhnya.
Daliman mengaku memahami posisi orangtua korban AS yang sedang dalam kondisi sulit dan terpukul atas kejadian itu.
Akan tetapi, apabila dirunut, Daliman menyakini bahwa insiden pelecehan itu kemungkinan tidak terjadi di area sekolah.
Pasalnya, kata Daliman, lima bulan ke belakang adalah bulan di mana sekolah meliburkan siswanya selama dua minggu karena ada penilaian akhir tahun (PAT) serta kegiatan P5 (Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila)
"Di bulan ketiga keempat itu ada istilahnya kegiatan P5, kami (guru) melakukan pendampingan, dan ada PAT yang dilakukan lebih awal," kata Daliman.
"Setelah asesmen, anak pulang, (guru) melakukan koreksi, mengolah nilai dan akan dilaporkan, dan ini kelas 7 (kelasnya AS) adalah juga ada kegiatan istilahnya untuk e-rapot untuk diunggah ke kementerian, sehingga ada pemulangan lebih awal karena pertimbangan-pertimbangan itu," imbuhnya.
Berdasarkan hal tersebut serta hasil bincang internalnya dengan pihak korban maupun terduga pelaku, pihak sekolah berkeyakinan bahwa peristiwa itu kecil kemungkinannya terjadi di sekolah.
Apalagi, Daliman menyebut jika lingkup SLB sangatlah kecil dengan satu kelas hanya diisi oleh 7 orang.
Sehingga, gerak-gerik di sekolahnya itu sangat terpantau oleh karyawan maupun guru yang bertugas setiap harinya.
Berkoordinasi dengan KPAI
Merespon kasus pelecehan seksual terhadap seorang siswi Sekolah Luar Biasa (SLB) di Jakarta barat hingga hamil 5 bulan, Pemerintah Kota Jakarta Barat menyampaikan bahwa pihaknya sudah mendengar hal tersebut.
Saat ini, kasus itu dalam proses pendalaman serta analisa untuk mengetahui fakta di lapangannya.
Selain itu, Kepala Suku Dinas (Kasudin) Pendidikan Jakarta Barat, Diding menyampaikan bahwa pihaknya kini berkoordinasi dengan pihak terkait, termasuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI).
"Masih kami cari tau, kami berkoordinasi dengan KPAI," katanya dihubungi, Selasa (21/5/2024).
Menurut Diding, kasus dugaan pelecehan terhadap siswi SLB ini, penanganannya perlu melibatkan banyak pihak.
Pasalnya korban merupakan seorang anak berkebutuhan khusus yang perlu pendampingan saat berkomunikasi.
Selain itu, latar belakang korban yang memiliki keterbelakangan dalam pendengaran, bicara, dan intelektual juga membuat sejumlah pihak kesulitan mengambil kesimpulan.
"Kan kami enggak bisa langsung menuduh pelakunya siapa, jadi masih kami cari tahu dulu," kata Diding.
Oleh karenanya, sampai saat ini kasus dugaan asusila tersebut masih diselesaikan secara internal.
Dalam hal ini pun, keluarga korban belum melaporkan ke pihak kepolisian.
"Iya masih coba diselesaikan secara internal," pungkasnya.
Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini
Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News
| Pramono Anung Bantah RS di Jakarta Tolak Warga Baduy Korban Begal, Sebut Hanya Kendala Komunikasi |
|
|---|
| Warga Mangga Dua Berharap Bertemu Menteri Pertahanan Cari Solusi Masalah Ruko MMD |
|
|---|
| Pencuri Motor di Jakarta Timur Menangis Mohon Ampun Usai Aksinya Kepergok Warga |
|
|---|
| Diperiksa Propam, Oknum Polisi yang Catcalling Wanita di Jaksel Mengaku Hanya Iseng |
|
|---|
| Panduan Lengkap Cara Dapat Kartu Layanan Gratis Transjakarta, MRT, dan LRT |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/tangerang/foto/bank/originals/ilustrasi-pelecehan-1.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.