Elpiji 3 Kilogram Langka

Pasokan Gas LPG 3 Kg Kosong di Pengecer, Pedagang Nilai Kebijakan Sub Pangkalan Menyulitkan Rakyat

Sampai sekarang belum dianter lagi gas, mungkin karena masyarakat masih pada beli langsung ke pangkalan, seperti yang lagi ramai sekarang

Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Joseph Wesly
TribunTangerang/Gilbert Sem Sandro
PENGECER ELPIJI- Pedagang eceran gas LPG 3 kilogram, Warno saat diwawancarai TribunTangerang.com di Kawasan Cibodas, Kota Tangerang, Banten, Jumat (7/2/2025). Warno mengatakan bahwa aturan pengecer dilarang menjual gas subsidi bikin susah rakyat. (TribunTangerang/Gilbert Sem Sandro). 

Laporan Wartawan,
TRIBUNTANGERANG.COM, Gilbert Sem Sandro


TRIBUNTANGERANG.COM, TANGERANG- Pedagang eceran LPG 3 kilogram (kg) mengungkap alasan masih minimnya pasokan gas subsidi tersebut meski telah diintruksikan Presiden Republik Indonesia Prabiwo Subianto.

Salah seorang pengecer gas LPG 3 kg di Kawasan Cibodas, Kota Tangerang, Warno 51 mengatakan, pembelian langsung ke pangkalan masih menjadi tujuan utama masyarakat pasca kisruh kelangkaan dalam satu pekan terakhir.

Dengan demikian pemilik warung kelontong yang mengecer gas melon tersebut menjadi terabaikan lantaran pasokan telah habis terlebih dahulu.

"Sampai sekarang belum dianter lagi gas, mungkin karena masyarakat masih pada beli langsung ke pangkalan, seperti yang lagi ramai sekarang," ujar Warno kepada TribunTangerang.com, Jumat (7/2/2025). 

"Jadinya warung kelontong kaya kami enggak kebagian abisnya di pangkalan udah langsung habis kan, ikut berkurang juga jumlah pembelinya," sambungnya.

Selain itu penetapan pengecer menjadi sub- pangkalan membuat para pedagang berpikir dua kali untuk kembali menjual gas melon itu langsung ke masyarakat.

Pasalnya pemerintah akan menggunakan aplikasi dalam pendisitribusian gas LPG 3 kg kepada tingkat paling bawah yakni sub pangkalan tersebut.

Baca juga: Bukan Sasaran Penerima Elpiji Subsidi, ASN Jateng Dilarang Beli Gas Melon, Ada Sanksi bagi Pelanggar

Terlebih minimnya sosialisasi pemerintah akan penggunaan aplikasi dalam alur pendistribusian membuat pedagang ragu untuk menerimanya lantaran dinilai rumit.

"Iya saya udah dengar katanya nanti kalau udah normal jualannya pake aplikasi online gitu, tapi enggak tau apaan soalnya belum ada yang ngajarin (untuk menggunakannya) juga dari agen atau sananya," ungkapnya.

Warno menilai, penggunaan aplikasi My Pertamina dalam proses pemesanan stok gas LPG 3 kilogram agar diantar dari pangkalan cukup menyulitkan pedagang.

Ia pun berencana mempertimbangkan untuk tidak menjajakan gas LPG 3 kg lansung kepada warga jika pada akhirnya menyulitkan proses penjualan.


"Sekarang gini aja ya, kita jual normal aja dapet pasokannya sulit, kadang cuma setengah, trus mau disuruh pake aplikasi haduh bikin ribet doang," tuturnya.

"Maap kata untung jual gas LPG 3 kg untungnya gak seberapa, masa kita mau dibikin ribet, belum uang kuota buat internet, mending sekalian gak usah jual aja kayanya deh," terangnya.

Ia pun mengharapkan agar pemerintah mempertimbangkan lebih lanjut penggunaan aplikasi dalam proses penyaluran gas LPG 3 kg ke sub pangkalan.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved