Siswa SMAN 6 Garut Akhiri Hidup, Ayah Bergetar Tahan Emosi Dengar Pengakuan Guru Fisika yang Berbeda

Akibatnya seorang pelajar nekat mengakakhiri hidupnya akibat perundungan yang diduga terjadi kepadanya

Editor: Joseph Wesly
(Instagram - YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL)
SISWA BUNUH DIRI- Kolase siswa bunuh diri dan guru fisika. Ini ucapan guru fisika yang diduga membuat siswa SMA Garut sampai nekat mengakhiri hidup. (Instagram - YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL) 

"Izin keluar, enggak kuat katanya, Pak," kata sang istri.

KDM kemudian memapah ayah korban untuk keluar dari ruangan demi menenangkan diri.

Setelah itu, sang guru fisika kembali menjelaskan kalau hal itu ia sampaikan tidak di depan teman-temannya yang lain.

"Itu bukan di depan kelas pak, hanya berhadapan di meja guru."

"Tapi kalau misalkan di pelajaran saya, fisika di semester 1 tidak ada masalah, ketika masuk semester 2, tugas jarang dikumpulkan," tandasnya.

Sebelumnya, P juga menceritakan pada ibunya soal perlakuan guru fisika tersebut.

Menurutnya, hal itu disampaikan oleh sang guru kepada dirinya.

"Kan disuruh ke depan, berhadapan, nanya gitu (kamu ABK). Priya kamu ABK? Gitu," ungkap P kepada ibunya.

Terkait dengan dugaan ibu guru membully anaknya, Fuji mengaku pernah mengkonfrontasinya secara langsung.

Namun, saat bertemu dengan wali kelas anaknya, Fuji tak puas dengan respons sang ibu guru.

"Saya bilang, 'Ibu anak saya ini ada pembully-an, kan saya sering dipanggil ke BK semester 1, tapi enggak pernah menceritakan hal ini?'."

"'Kenapa ibu tidak bilang, anak saya tuh mengalami hal seperti itu'," kata Fuji.

"Ketika ibu bercerita tentang pembullyan, sikap wali kelasnya gimana?" tanya Dedi penasaran.

"Diam aja, jadi kayak gitu aja, enggak yang terlalu gimana," ujar Fuji.

Belakangan, Fuji baru menyadari soal sikap tak baik wali kelas anaknya.

Kata Fuji, wali kelas putranya tersebut selalu abai dengan P.

"Kan anak saya waktu kelas 1 itu tipes dua kali. Yang satu kali itu sebulan lebih.

Mereka (guru dan teman sekelas) tidak ada yang menengok sama sekali."

"Kata saya (ke wali kelas), 'Ibu mah anak saya sakit sebulan aja enggak ada nengok, padahal rumah sakitnya dekat dengan sekolah'. Katanya banyak kegiatan."

"Tapi udah tahu anak saya dikucilkan, kenapa ini enggak jadi momen temannya disuruh jenguk.

Malahan temannya yang di kelas lain yang nengok, teman sekelas juga enggak," ungkap Fuji.

"Kata anak saya pas masuk lagi, 'Ditanyain enggak (setelah sakit dan sembuh)'. Katanya enggak ada."

"Kan biasanya kalau habis lama enggak masuk (ditanyain), teman-teman enggak nanyain.

Tapi yang nanya mah anak-anak dari teater," pungkasnya. 

Respon Pihak Sekolah

Atas dugaan perundungan P, pihak sekolah akhirnya buka suara.

Kepala sekolah SMAN 6 Garut, Dadang Mulyadi, membantah dengan tegas isu pembullyan terhadap P.

Kata Dadang, P sejatinya tidak pernah dirundung di sekolah.

Dadang heran dengan asumsi yang dihembuskan oleh ibunda korban ke publik.

"Munculnya istilah pembullyan itu setelah anak tidak naik kelas," kata Dadang Mulyadi.

Lebih lanjut, Dadang mengurai dugaan penyebab P mengakhiri hidup bukan karena perundungan, tapi tidak naik kelas.

Dadang menyebut, P tidak naik kelas karena nilainya di tujuh mata pelajaran tidak memenuhi syarat.

"Orang tuanya (P) menerima bahwa anaknya tidak naik kelas, besoknya update status bahwa anaknya bernasib malang di sekolah. Kami juga tidak tahu maksudnya apa," pungkas Dadang.

Terkini sang kepala sekolah sudah dicopot akibat insiden meninggal P.

Artikel ini telah tayang di SuryaMalang.com

Dapatkan Informasi lain dari Tribuntangerang.com via saluran Whatsapp di sini

Baca berita TribunTangerang.com lainnya di Google News

Sumber: Surya Malang
Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda

Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved