Goreng Isu Komunis Lagi, Ini Dua Target yang Diduga Ingin Dicapai Gatot Nurmantyo

Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menuding paham komunisme telah menyusup ke tubuh TNI.

Editor: Yaspen Martinus
Kompas.com/ARGIANTO DA NUGROHO
Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menuding paham komunisme telah menyusup ke tubuh TNI. 

TRIBUNTANGERANG, JAKARTA - Mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo menuding paham komunisme telah menyusup ke tubuh TNI.

Hal itu berkaitan dengan pembongkaran sejumlah patung para tokoh militer di Museum Dharma Bhakti Kostrad.

Menanggapi hal itu, Direktur Lingkar Madani Indonesia (LIMA) Ray Rangkuti menilai ada dua target yang sedang disasar oleh Gatot Nurmantyo.

Baca juga: UPDATE Covid-19 Indonesia 29 September 2021: 3.077 Orang Sembuh, 1.954 Positif, 117 Meninggal

Pertama, kata Ray, pernyataan Gatot itu guna membuat namanya kembali jadi perbincangan, setelah beberapa bulan tidak ada isu yang membuat Gatot diperbincangkan.

"Setidaknya isu ini akan mencuatkan nama beliau," kata Ray saat dihubungi Tribunnews, Selasa (28/9/2021).

Kedua, lanjut Ray, seturut dengan itu, Gatot sedang menanamkan diri sebagai tokoh anti komunis.

Baca juga: MAKI Belum Perpanjang SKT, Hakim PN Jaksel Tolak Gugatan Praperadilan Soal King Maker

Hal itu menjadi peran yang senantiasa menjadi daya tarik di dunia politik.

Karena, selalu tersedia jumlah pemilih yang isunya berkutat pada bangkitnya komunisme.

Tapi, Ray juga melihat dua arus balik dari isu yang berkembang saat ini.

Baca juga: Mengaku Sudah Memperjuangkan Nasib 56 Pegawai, Pimpinan KPK Sambut Baik Tawaran Kapolri

Yakni, makin banyak yang memahami isu komunisme atau PKI terkadang hanya sebagai isu politik.

"Pada kenyataannya, isu ini tetap kalah populer dibandingkan dengan perlindungan HAM, demokrasi, pemberantasan korupsi, dan tentu ekonomi."

"Segmen pemilih isu bangkitnya PKI makin menipis dan sendirinya makin kurang signifikan," ulasnya.

Baca juga: Irjen Napoleon Bonaparte Diisolasi karena Pengaruhi Saksi Lain dan Tak Akui Aniaya Muhammad Kece

Ray mengatakan, perlu pembuktian fakta yang kuat jika institusi TNI disebut telah disusupi paham komunisme.

Sebab, kata Ray, selama ini TNI dikenal sebagai salah satu garda terdepan melawan PKI.

"Jadi menyebut institusi TNI dimasuki oleh PKI membutuhkan data yang kuat."

Baca juga: Kapolri Ingin Rekrut 56 Pegawai KPK Jadi ASN Polri, Legislator PDIP: Polisi Pintar, Hebat, dan Bijak

"Bukan sekadar mengaitkan satu peristiwa lalu membuat kesimpulan," beber Ray.

Senada, Direktur Eksekutif Indonesian Public Institute Karyono Wibowo menilai, pernyataan Gatot Nurmantyo soal PKI menyusup ke tubuh TNI terlalu gegabah.

Apalagi, kata Karyono, jika tuduhan itu hanya berdasarkan pada informasi patung Soeharto, Sarwo Edhie Wibowo, dan AH Nasution, raib dari Makostrad.

Baca juga: Pemerintah Usul Pemilu 2024 Digelar pada 15 Mei, Gerindra: Yang Penting Tahunnya Enggak Berubah

"Informasi tersebut sangat tidak cukup untuk mengambil kesimpulan bahwa PKI sudah menyusup ke TNI," ucap Karyono saat dihubungi Tribunnews, Selasa (28/9/2021).

Semestinya, sebagai mantan panglima TNI, kata Karyono, Gatot tidak sembarangan membuat pernyataan terbuka kepada publik, jika tidak didukung alat bukti yang cukup.

Jika kesimpulan diambil hanya berdasarkan informasi, apalagi cuma dari satu pihak, maka dalam membuat kesimpulan bisa terjebak pada kesimpulan halusinasi.

Baca juga: Irjen Napoleon Bonaparte Ternyata Dua Kali Aniaya Muhammad Kece dalam Satu Hari

Menurut Karyono, narasi yang seharusnya dibangun Gatot adalah mengingatkan dan memberikan saran tentang potensi ancaman terhadap pelbagai paham yang membahayakan fondasi kebangsaan.

"Gatot semestinya bisa menjelaskan secara rasional mengapa komunisme harus ditolak."

"Begitu juga semestinya Gatot juga menjelaskan mengapa radikalisme/ektremisme dan liberalisme bertentangan dengan Pancasila, yang menjadi prinsip dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," papar Karyono.

Baca juga: Kapolri Ingin Rekrut 56 Pegawai KPK, Komnas HAM: Apakah Ini Tindak Lanjut Rekomendasi Kami?

Karyono menilai hal itu lebih mendidik daripada sekadar mengumbar pernyataan yang mengandung unsur provokasi dan menyesatkan.

Jika pesan yang disampaikan rasional, obyektif, dan edukatif, maka hal ini juga dapat menunjukkan kualitas berpikir sebagai tokoh besar.

Di satu sisi, Karyono sependapat jika pernyataan Gatot ditujukan agar tetap waspada terhadap komunisme.

Baca juga: Nadiem Makarim: Tutup dan Buka Sekolah Saya Disalahkan, Sudah Biasa, Namanya Pengorbanan

Tetapi, Gatot juga harus bersuara lantang tentang bahaya radikalisme/ekstremisme dan liberalisme, yang tidak sesuai dengan Pancasila dan kepribadian bangsa.

Karyono juga mengingatkan, agar ancaman bahaya komunisme, radikalisme/ekstremisme, liberalisme ini tidak sekadar menjadi alat propaganda untuk kepentingan kelompok tertentu dan untuk tujuan pragmatis, apalagi sekadar menjadi 'dagangan' musiman.

Akibat dari itu, hanya menimbulkan kegaduhan, retaknya persatuan bangsa dan rusaknya kohesi sosial.

Baca juga: Tak Setuju 56 Pegawai Jadi ASN Polri, Abraham Samad: Mereka yang Selama Ini Jaga Integritas KPK

Lebih dari itu, kondisi seperti itu justru semakin membuka peluang selebar-lebarnya masuknya paham-paham tersebut.

"Saya khawatir, kita akan terjebak dalam perangkap adu domba yang dibuat kelompok-kelompok itu agar mudah mengendalikan bangsa ini," ucapnya. (Fransiskus Adhiyuda)

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved