Elpiji 3 Kilogram Langka

Andri Permana Nilai Gaduh Soal Elpiji 3 Kilo Pengaruhi Kinerja 100 Hari Pertama Prabowo Subianto

Apapun yang melatar belakangi pemerintah dalam melakukan redistribusi gas LPG bersubsidi hendaknya dilakukan perencanaan yang matang

Penulis: Gilbert Sem Sandro | Editor: Joseph Wesly
TribunTangerang.com/Gilbert Sem Sandro
GADUH GAS MELON- Wakil Ketua DPRD Andri S Permana saat ditemui di kantornya di Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, Banten, Senin (6/1/2024). Andri mengatakan gaduh soal elpiji 3 kilo pengaruhi kinerja 100 hari pertama Prabowo Subinato. (TribunTangerang.com/Gilbert Sem Sandro) 

"Tentu penjualannya dengan harga yang kami kontrol, agar harga (di pengecer) tidak dinaikkan semau-maunya," kata dia.

Menurutnya, harga di sub-pangkalan ataupun pengecer gas elpiji 3 kilogram maksimal seharga Rp 19.000 per tabung.

Baca juga: Daftar 134 Pangkalan Elpiji di Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, Cek Lokasi Terdekat!

Nilai tersebut sesuai dengan Harga Eceran Tertingi (HET) yang telah ditetapkan pemerintah sesuai dengan harga yang dijual pada setiap pangkalan gas elpiji subsidi.

"Kami minta harganya tidak boleh lebih dari Rp 19.000, maksimal harus Rp 19.000, sesuai HET dan ini dilakukan terus-menerus," tuturnya.

"Kalau harganya dinaikkan Rp 25.000 sampai Rp 30 ribu per tabung itu kan kasihan warga, sementara subsidinya paling tinggi Rp 19.000 mereka jualan," ungkapnya.

Diberitakan sebelumnya, Bahlil Lahadalia menjadi sasaran amukan masyarakat atas langkanya pasokan gas LPG 3 kilogram.

Hal tersebut terjadi saat meninjau Pangkalan Gas LPG 3 kg Budi Setiawan di Jalan Palem Raya, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, Provinsi Banten.

Kedatangan Bahlil tersebut juga didampingi oleh Wali Kota Tangerang terpilih, Sachrudin dan jajaran Pemerintah Kota Tangerang.

Setibanya di lokasi, Bahlil langsung masuk ke dalam pangkalan untuk berinteraksi dengan pemilik dan menanyakan stok ketersediaan gas yang disubsidi oleh pemerintah tersebut.

Selanjutnya ia keluar untuk menemui ratusan masyarakat yang telah mengantre sejak pagi hari dan mendengar keluhan yang disampaikan saat berjuang mendapatkan gas untuk memasak itu.

Momen tersebut juga dimanfaatkan oleh salah seorang pria bernama Effendi guna menyampaikan pendapatnya. Dengan nada sedikit emosi, pria tersebut menilai kebijakan yang diterapkan pemerintah sangat menyengsarakan warga menengah ke bawah.

"Saya sekarang lagi masak pak, saya tinggal demi antre gas doang," ujar Effendi di hadapan Bahlil.

"Bukan masalah ambil gasnya, anak kami lapar pak, butuh makan, butuh kehidupan pak, loginya berjalan dong pak," imbuhnya.

Amarah warga tersebut pun coba diredakan oleh sejumlah pengawal Bahlil agar tidak kembali lagi membentak Ketua Umum Partai Golkar tersebut.

"Iya iya, udah sabar pak sabar, tenang," ucap sejumlah pengawal Bahlil berpakaian safari.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di

    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved